YOGYAKARTA, KOMPAS Media massa sebagai sumber informasi dapat menjadi referensi bagi para seniman atau akademisi seni dalam menciptakan karya dan mengembangkan ilmu. Dengan demikian, hasil ciptaan atau pengembangan ilmu seni memiliki relevansi dan bermanfaat bagi masyarakat.
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta M Agus Burhan mengatakan, para akademisi seni dan seniman dalam mengembangkan bidang ilmu ataupun menciptakan karya harus memiliki dimensi terapan dan dimensi sosial. Kedua dimensi itu diperoleh dengan mengakses berbagai informasi.
”Pengembangan bidang ilmu seni, penelitian, juga pengembangan karya seni sebaiknya mempunyai dimensi terapan dan dimensi sosial yang memiliki fungsi kuat dalam kehidupan. Karena itu, sangat diperlukan akses dari berbagai informasi yang ada,” kata Agus, seusai penandatanganan perjanjian kerja sama (MOU) Kompas.id antara ISI Yogyakarta dan harian Kompas, Rabu (30/5/2018), di Yogyakarta.
Kompas.id adalah platform media daring berbayar dari harian Kompas. Dengan penandatanganan kerja sama itu, seluruh sivitas akademika ISI Yogyakarta dapat mengakses berita-berita harian Kompas secara gratis melalui Kompas.id dengan menggunakan jaringan Wi-Fi ISI Yogyakarta.
Agus mengharapkan dengan kerja sama itu akses informasi yang didapat bisa semakin luas. Hal itu membantu para akademisi dan seniman ISI Yogyakarta untuk membuat hasil karya atau pemikiran tentang seni yang mendalam. Seni tidak lagi dibicarakan sebagai bentuk atau ekspresinya saja, tetapi lebih pada makna yang terkandung di dalamnya.
Pengajar Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Suwarno Wisetrotomo, menyinggung hal yang sama dalam pidato ilmiah Dies Natalis Ke-34 ISI Yogyakarta, beberapa saat sebelum penandatanganan. Ia menyatakan, tempat digelarnya pergelaran seni, seperti pameran atau konser, tidak lagi penting. Menurut dia, yang paling penting justru bagaimana seni bisa mempunyai makna dan dampak bagi banyak orang.
”Lebih penting dan bermakna jika seni mempersoalkan isu dan isinya apa, produk pengetahuannya seperti apa, apakah berdaya guna bagi orang banyak, memiliki dampak sosial politik atau tidak, apakah menginspirasi orang lain, dan lain sebagainya,” ujar Suwarno.
Redaktur Pelaksana Kompas Mohammad Bakir menyatakan, kerja sama ini bisa membantu akademisi dari ISI Yogyakarta untuk mendiseminasikan hasil penelitian atau temuan dari kampus agar tersosialisasikan kepada masyarakat.