PALANGKARAYA, KOMPAS - Sebanyak 2.260 sumur bor dan 1.244 sekat kanal akan dibangun lagi pada tahun 2018 di Kalimantan Tengah dengan total anggaran Rp 17,80 miliar. Ini salah satu upaya dalam merestorasi lahan gambut.
Proyek ini akan dilaksanakan di lima kesatuan hidrologis gambut (KHG), yaitu KHG Kahayan-Kapuas, KHG Kahayan- Sebangau, KHG Kapuas-Barito, KHG Katingan-Sebangau, dan KHG Lamandau-Jelai. Kelimanya merupakan wilayah fokus kerja Badan Restorasi Gambut (BRG) di Kalimantan Tengah.
Deputi II Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan BRG Alue Dohong menjelaskan, sumur bor dan sekat kanal akan dibuat di lokasi baru yang dinilai masuk kategori wilayah rawan kebakaran. ”Saat ini masih tahap persiapan. Kalau sudah siap baru kami mulai bangun,” kata Alue Dohong di sela-sela Rakor dan Fasilitas Infrastruktur Restorasi Gambut 2018, Rabu (30/5/2018), di Palangkaraya.
Tahap konstruksi, menurut rencana, akan dimulai awal Juli. Selain pembangunan sumur bor dan sekat kanal, ada juga beberapa paket kegiatan yang masih dipersiapkan untuk revitalisasi sumber mata pencarian masyarakat yang hidup di sekitar wilayah gambut.
Tahun 2017, BRG membangun 1.184 sekat kanal, 5.275 sumur bor, dan 22 paket kegiatan revitalisasi sumber mata pencarian. Seluruh kegiatan dan proyek tersebut dibuat di empat kabupaten, yakni Kabupaten Kapuas, Katingan, Pulang Pisau, dan Barito Selatan.
Pembuatan sumur bor dan sekat kanal dinilai efektif mengurangi serta mencegah kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah. Dari data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) melalui satelit Terra/Aqua, jumlah titik api di Kalteng pada 2016 mencapai 209 titik dan tahun 2017 menjadi 100 titik.
Selain infrastruktur pencegahan dan penanggulangan sudah lebih baik ketimbang tahun 2015, kebakaran juga lebih cepat ditanggulangi karena musim hujan yang panjang.
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Katingan Hilir Fachriannor menyatakan, di daerah itu, yang juga memiliki wilayah kesatuan hidrologis gambut, belum ada program pembuatan sumur bor ataupun sekat kanal. Selama ini pihaknya berupaya secara mandiri untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.
”Tujuan KPH dan BRG pada prinsipnya sama, kami mendukung 100 persen kerja restorasi gambut. Masalahnya adalah anggaran, belum ada dana yang cukup untuk kami membuat sumur bor atau sekat kanal sendiri,” ucap Fachriannor.
Deputi III Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG Myrna Safitri menyatakan, sejak awal BRG dibentuk belum ada kesepakatan dan kerja sama dengan KPH. Keterlibatan KPH akan sangat membantu kerja restorasi guna menjaga hutan dan lahan gambut jauh dari kebakaran. ”Kami sangat berharap di areal hutan lindung, hutan produksi yang tak berizin, ada kerja sama itu,” ujar Myrna.