Merapi Erupsi Tiga Kali
Gunung Merapi meletus tiga kali sepanjang Jumat. Tinggi kolom sempat 6.000 meter dari puncak dan menimbulkan hujan abu. Meskipun demikian, status Merapi tetap Waspada.
YOGYAKARTA, KOMPAS - Hari Jumat (1/6/2018), Gunung Merapi kembali erupsi sebanyak tiga kali. Erupsi terjadi karena pengaruh aktivitas magma di tubuh gunung. Letusan disertai suara gemuruh dan gempa yang membuat panik masyarakat. Sebaran abu mengarah ke barat, utara, dan timur. Dua bandar udara, di Semarang dan Solo, sempat ditutup sementara.
Letusan pertama terjadi pada pukul 08.20 dengan durasi 2 menit. Tinggi kolom letusan 6.000 meter di atas puncak dan amplitudo 77 milimeter. Erupsi pada malam hari terjadi pada pukul 20.24 dengan tinggi kolom 2.500 meter, amplitudo 64 milimeter, dan durasi 1,5 menit. Selanjutnya erupsi terjadi pada pukul 21.00 dengan tinggi kolom 1.000 meter, amplitudo 29 milimeter, dan durasi 56 detik.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, Jumat malam, di Yogyakarta, mengatakan, sama seperti letusan pada pagi hari, dua letusan pada malam hari terjadi karena pelepasan gas dari magma.
”Letusan ini menandakan pelepasan gas dari magma terus terjadi,” ujarnya. Hingga Jumat malam, status Gunung Merapi masih Waspada (Level II).
”Ekstrusi (keluarnya) magma ke permukaan masih perlu waktu lama. Diperkirakan posisi magma masih di kedalaman 3 kilometer di bawah puncak,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rudy Suhendar, Jumat siang di Yogyakarta.
Letusan pada hari Jumat terjadi setelah tujuh hari Merapi tidak erupsi. Sebelumnya, pada 21-24 Mei 2018, Merapi mengalami delapan kali letusan. Letusan itu hanya menyebabkan hujan abu dan pasir di sekitar Merapi.
Warga yang berdiam di sisi selatan gunung di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, merasakan getaran dan suara gemuruh, tetapi tidak disertai hujan abu.
Widayati, warga Dusun Ngepring, Desa Purwobinangun, Sleman, mengatakan, letusan gunung mengakibatkan barang-barang di rumahnya bergetar. Suaranya seperti petasan besar. Ia sempat takut, tapi rasa takutnya hilang karena letusan tidak disertai hujan abu.
Letusan kemarin terlihat jelas oleh sebagian warga Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ny Priyono, warga Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, mengatakan, letusan sangat mengejutkan. Pagi itu ia sedang di ladang.
”Saya melihat batu-batu dan pasir meluncur keluar dari Gunung Merapi. Di sebagian tempat, luncuran material mengeluarkan percikan api,” ujarnya.
Titik api
Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merapi Akhmadi membenarkan tentang titik api yang ditemukan setelah letusan Gunung Merapi.
”Secara detail belum bisa dicek langsung. Tetapi, dari laporan petugas dan warga memang ada titik api dari material vulkanis yang terlontar,” kata Akhmadi.
Menurut Akhmadi, ada lima titik api. Dua titik api di arah Barat Laut, yaitu Dusun Tlogolele, Desa Stabelan, Kecamatan Selo, sedangkan tiga titik api lain di arah Tenggara yang teramati dari Kalikuning atau Kinahrejo.
Akhmadi menjelaskan, lontaran itu bukan lava, melainkan material yang masih membara. Hal itu dilihat dari kecilnya titik api dan cepatnya titik api padam.
Letusan kali ini mengakibatkan penutupan Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang, pukul 15.30-19.30. Penutupan ini menyebabkan 15 penerbangan dari dan menuju Semarang terlambat. Penutupan bandara sementara juga berlaku di Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo.
Anggota Staf Hubungan Masyarakat Bandara Ahmad Yani, Hidya Putri Rahmadhina, mengatakan, bandara terdampak abu vulkanik yang berpotensi mengganggu keselamatan operasional penerbangan. Untuk itu, AirNav menerbitkan A Notice to Airmen (NOTAM) B3949/18 untuk penutupan bandara sementara. Awalnya, bandara dijadwalkan kembali beroperasi pada pukul 18.30, tetapi penutupan diperpanjang hingga pukul 19.30.
”Hingga menjelang maghrib masih berlangsung pembersihan abu vulkanik di area runway. Pembersihan dibantu pemadam kebakaran,” kata Hidya.
Status tetap Waspada
Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar menyatakan, letusan Gunung Merapi, Jumat, tidak mengubah status gunung api. Namun, pemerintah daerah dan masyarakat diminta waspada dan bersiap menanggulangi bahaya abu vulkanik akibat letusan. ”Status Gunung Merapi masih Waspada. Masyarakat dilarang mendekat dalam radius 3 kilometer dari kawah Merapi,” kata Rudy.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kasbani menjelaskan, kejadian ini menghasilkan kolom letusan setinggi 6.000 meter dari puncak atau 9.000 meter dari permukaan laut.
”Kemungkinan hujan abu masih ada sesuai dengan arah angin. Tadi hujan abu terjadi di sebelah utara Gunung Merapi. Kami imbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti arahan petugas,” ujarnya.