Keberadaan Istana Maimoon dan Masjid Raya Al Mashun, Medan, Sumatera Utara, adalah suatu kesatuan tak terpisahkan. Lokasi masjid hanya terpisah sekitar 100 meter dari istana.
Kedua bangunan itu didirikan pada masa pemerintahan Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alam tahun 1873-1990. Istana Maimoon dibangun sekitar tahun 1888, sementara Masjid Raya Al Mashun pada 21 Agustus 1906. Masjid itu mulai digunakan pada 10 September 1909. Sejak dibangun hingga kini, relatif tidak ada perubahan berarti pada bentuk utama bangunan masjid. Pemeliharaan masjid selama ini dilakukan lebih pada mengecat ulang dinding bangunannya.
Ada yang menyebutkan, arsitek istana ataupun masjid tersebut adalah TH van Erp, yang juga tentara KNIL dari Zeni Angkatan Darat. Namun, sumber lain menyebutkan, Masjid Raya Al Mashun yang luasnya sekitar 5.000 meter persegi itu karya Dingemans dari Amsterdam, Belanda. Di dalamnya terdapat kompleks makam Kesultanan Deli. Muhammad Usman dalam tulisannya di harian Kompas menyebut, arsitektur Masjid Raya Al Mashun itu ”gado-gado” karena ada pengaruh Timur Tengah, India, dan Spanyol. Bagian utamanya berbentuk segi delapan, termasuk kubah-kubahnya.
Pada masing-masing puncak kubah terpasang hiasan bulan sabit. Salah satu keunikan masjid ini adalah penampilannya yang simetris. Dilihat dari arah utara, selatan, timur, dan barat, bentuknya serupa.
Pada tahun 1977 Pemangku Adat Melayu sekaligus Sultan Deli Tuanku Azmi Perkasa Alam sudah memperingatkan agar orang tidak menggunakan masjid di luar kepentingan ibadah. ”Jangan gunakan masjid untuk kepentingan propaganda sesuatu golongan! Itu tidak boleh!” ujar Tuanku Azmi Perkasa Alam menegaskan.
Sama dengan Istana Maimoon, sampai sekarang Masjid Raya Al Mashun banyak dikunjungi orang. Tahun 2016, pada hari biasa, yang berkunjung ke Istana Maimoon sekitar 500 orang. Jumlah itu bisa meningkat dua kali lipat pada hari libur. Bangunan Masjid Raya Al Mashun relatif kokoh dan tetap megah meski sudah berusia lebih dari 100 tahun, tetapi Istana Maimoon sudah banyak yang lapuk. Tahun 1992 sebagian atap istana harus ditopang kayu agar tidak ambruk. Padahal, di istana yang luasnya 2.772 meter persegi itu, tinggal setidaknya 100 ahli waris Sultan Deli.