YOGYAKARTA, KOMPAS – Upaya pemberantasan terorisme tidak bisa dilakukan hanya dengan penindakan dan penegakan hukum terhadap para pelaku aksi teror. Agar paham yang mendukung terorisme tidak berkembang luas, harus ada upaya untuk membentengi semua elemen masyarakat, terutama generasi muda, dari paham radikal.
“Kalau memang betul pemerintah mau melawan terorisme, yang harus disentuh betul itu adalah anak-anak muda kita,” kata Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Ratno Lukito, dalam diskusi “Kehadiran Negara dalam Menanggulangi Terorisme Berdasarkan Pancasila”, Senin (4/6/2018), di Yogyakarta.
Ratno menyatakan, berdasarkan pengalamannya, paham radikal mulai menyebar ke sejumlah institusi pendidikan di Indonesia. Kondisi itu tentu membuat anak-anak muda yang belajar di institusi pendidikan tersebut sangat berpotensi untuk terpapar paham radikal.
“Yang terpapar (paham radikal) itu bukan hanya perguruan tinggi, tetapi juga SMA dan bahkan mungkin juga SMP,” ujar Ratno saat menjadi pembicara dalam diskusi yang digelar Harian Kompas dan Perhimpunan Warga Pancasila tersebut.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Arie Sujito, menyatakan, selama beberapa tahun terakhir, paham keagamaan radikal di Indonesia justru banyak menyebar di kalangan kelas menengah ke atas. “Hasil observasi terbaru menunjukkan, produsen radikalisme itu justru kelas menengah ke atas,” katanya.
Kondisi itu, menurut Arie, menunjukkan bahwa paham keagamaan radikal muncul dan menyebar di Indonesia bukan karena masalah ketidakadilan sosial. Dia menambahkan, paham keagamaan radikal sudah lama menyebar ke berbagai lapisan masyarakat Indonesia. ”Apa yang terjadi sekarang ini bukan kebetulan. Proses radikalisasi ini sudah lama terjadi,” ungkap dia.
Arie memaparkan, paham keagamaan radikal makin berkembang karena adanya politisasi agama yang dilakukan oleh sejumlah politisi sejak beberapa tahun lalu. Upaya politisasi agama yang masih terjadi hingga sekarang itu membuat kelompok-kelompok radikal bisa memperluas pengaruhnya.
Chairman Communication & Information System Security Research Centre, Pratama Persadha, menyatakan, selama ini, paham keagamaan radikal banyak disebarkan melalui internet sehingga bisa sampai ke banyak orang dengan mudah. Bahkan, Pratama menambahkan, beberapa pelaku yang terlibat dalam aksi terorisme di Indonesia dan sejumlah negara lain ternyata terpapar paham radikal dari internet.
“Mau tidak mau harus kita akui bahwa banyak pelaku terorisme yang ada di Indonesia dan di luar negeri itu terpapar radikalisme di internet,” ungkap Pratama.
Pratama menambahkan, internet memang menjadi sarana yang sangat mudah untuk menyebarkan paham radikal. Dengan berbagai kelebihannya, internet bisa menjadi alat untuk menanamkan radikalisme sehingga kelompok-kelompok radikal tidak perlu melakukan indoktrinasi secara langsung untuk mendapatkan pengikut.
“Kita lihat bahwa tanpa harus face to face (pertemuan tatap muka), orang bisa teracuni oleh paham radikal,” ujar Pratama.