Setelah Kota Bukittinggi, Kota Padang, dan Kota Sawahlunto, kini muncul Kabupaten Solok Selatan yang diyakini akan menjadi energi dan primadona baru pariwisata Sumatera Barat. Daerah yang mengusung slogan ”Heart of Minangkabau” itu tengah membenahi pariwisatanya. Salah satunya dengan merevitalisasi kawasan Seribu Rumah Gadang di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu.
Pelaku wisata juga giat berpromosi, seperti dilakukan Duta Wisata Solok Selatan 2016, Mei Hanum Saheff (20). Ia membuat video blog (vlog) bersama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo didampingi Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo di ruang kedatangan VVIP Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Senin (21/5/2018).
”Assalamualaikum bapak dan ibu, saya Mei Hanum Saheff dari Solok Selatan. Bapak ibu nanti boleh mampir ke sana, ya, ke kawasan Seribu Rumah Gadang,” kata Hanum.
Hanum mendampingi Presiden dan Ibu Negara, yang hari itu berkunjung ke Padang untuk meresmikan Kereta Api BIM, menyerahkan sertifikat wakaf, dan meresmikan kawasan Pondok Pesantren Modern Terpadu II Prof Dr Hamka.
Joko Widodo dan Iriana dalam vlog berdurasi 23 detik itu tampak santai. Keduanya terus tersenyum sepanjang vlog. Presiden lantas menjawab undangan Hanum, ”Saya pengin lihat Kawasan Seribu Rumah Gadang di Solok Selatan,” katanya.
Tidak hanya Hanum yang bersemangat mengundang Joko Widodo ke kawasan Seribu Rumah Gadang (SRG). Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria seperti diunggah akun Instagram @domyaji, salah satu penggiat pariwisata Sumbar, juga menyatakan hal serupa. ”Semoga Bapak Presiden bisa mampir ke Solok Selatan tahun ini, ya,” kata Muzni. ”Lho, kenapa mesti (menunggu) setahun Pak Bup. Secepatnya,” balas Joko Widodo.
Joko Widodo memang sangat diharapkan bisa ke Solok Selatan, terutama mengunjungi kawasan SRG. Apalagi Presiden yang mencanangkan revitalisasi pada puncak peringatan Hari Pers Nasional di Padang, 9 Februari 2018.
Selesai Agustus
Pascapencanangan, revitalisasi SRG dimulai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengatakan, revitalisasi kawasan SRG ditargetkan selesai pada Agustus 2019.
Anggaran yang disiapkan Kementerian PUPR mencapai Rp 110 miliar, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Biaya itu belum termasuk dari swasta, pemerintah kabupaten, dan pemerintah provinsi. ”Kata kunci untuk revitalisasi ini kolaborasi. Tidak hanya pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, tetapi swasta seperti perbankan, perusahaan, individu, dan masyarakat juga dilibatkan,” kata Endra.
Menurut Endra, revitalisasi dilakukan di kawasan seluas 26 hektar. Tidak hanya rumah gadang, lanskap kawasan akan dilengkapi dengan ruang terbuka hijau, jalur pedestrian, dan menara pandang. Sungai di kawasan SRG juga akan ditata dengan anggaran terpisah.
Sesuai road map revitalisasi kawasan SRG dari Kementerian PUPR, Maret-Mei 2018 dilakukan penelitian dan dokumentasi arsitektur. Kegiatan itu dilakukan bekerja sama dengan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan Universitas Bung Hatta (UBH) serta melibatkan mahasiswa dari Universitas Trisakti, UBH, dan Universitas Riau.
Selanjutnya, Maret-Juni 2018 disusun rencana induk (master plan) untuk memadukan zona inti (kawasan rumah gadang) dengan zona pengembangan ditambah beberapa fasilitas publik. Kemudian, Mei-September 2018 disusun gambar rancangan teknis pemugaran 38 rumah gadang berdasarkan hasil penelitian dan dokumentasi yang dilakukan, dilengkapi dengan panduan pemugaran. Pengerjaan fisik dilakukan selama 13 bulan, yakni Juli 2018-Agustus 2019.
Kepala Seksi Pengelolaan Kawasan Strategis dan Destinasi Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solok Selatan Aig Wadenko mengatakan, proyek itu tengah dalam proses lelang di Kementerian PUPR.
”Pemerintah Kabupaten Solok Selatan juga melengkapi dokumen revitalisasi untuk hibah lahan dan bangunan. Itu menjadi syarat agar revitalisasi bangunan cagar budaya bisa dilakukan pemerintah,” kata Aig.
Gerakan bersama
Kawasan SRG berada 127 kilometer atau sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Padang. Kawasan ini mudah dicapai menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan SRG menjadi tujuan wisata masyarakat Sumbar dan luar Sumbar ke Solok Selatan, selain Goa Batu Kapal yang sedang didorong menjadi taman bumi nasional dan global.
Sesuai data Kementerian PUPR, ada 138 rumah gadang di kawasan SRG. Pemerintah melalui Kementerian PUPR akan merevitalisasi 38 rumah gadang. Rinciannya, 23 rumah gadang rusak berat, 11 rusak sedang, dan 4 rusak ringan.
Menurut Endra, karena mendorong kolaborasi, Kementerian PUPR memang tidak memperbaiki seluruh rumah gadang di SRG. ”Kami memperbaiki tidak sampai 1.000 rumah gadang. Istilah 1.000 sebenarnya bisa dimaknai juga sebagai upaya untuk mendorong gerakan bersama satu Sumbar agar rumah-rumah gadang yang sangat indah itu bisa (sama-sama) dilestarikan,” kata Endra.
Saat ini juga tengah berlangsung pemugaran salah satu rumah gadang berusia ratusan tahun dengan bantuan Yayasan Tirto Utomo. Yayasan itu sebelumnya membantu restorasi dua rumah gadang di Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar.
Menurut Aig, jika revitalisasi selesai, hal itu tentu akan berdampak positif bagi peningkatan kunjungan wisata ke kawasan SRG dan Solok Selatan serta berimbas pada ekonomi masyarakat. Sebelum revitalisasi dimulai saja sudah ada sejumlah rumah gadang yang dijadikan homestay. Itu sekaligus menyiasati terbatasnya hotel atau penginapan.
Endra menambahkan, revitalisasi juga penting untuk melestarikan budaya Minangkabau. ”Jarang sekali orang (Minang) merenovasi atau merehabilitasi rumah gadang miliknya. Akibatnya, banyak tukangtuo yang punya keahlian membangun rumah gadang tidak terpakai. Dengan proyek revitalisasi ini, keahlian itu bisa dihidupkan kembali,” ujar Endra.