Waspadai Gelombang Tinggi
Operator pelayaran perlu mengutamakan keselamatan berlayar. Gelombang tinggi perlu dicermati, seperti yang sedang terjadi di semua jalur laut dari Ambon, Maluku.
AMBON, KOMPAS Semua jalur laut yang dilalui pemudik dari Ambon ke sejumlah daerah tujuan mudik di Maluku kini tengah dilanda hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi mencapai 2,5 meter. Pemudik dan operator pelayaran diminta mengutamakan keselamatan berlayar.
Hingga Minggu (3/6/2018) siang,cuaca buruk melanda hampir semua wilayah Maluku. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, kecepatan angin mencapai 37 kilometer per jam yang dapat membangkitkan gelombang. Sebagian langit Maluku penuh dengan awan hujan. Saat ini, Maluku sedang musim hujan.
Wilayah yang dimaksud kebanyakan rute yang dilalui pemudik, seperti Kepulauan Banda, Kepulauan Kei, Pulau Buru, dan Kabupaten Seram Bagian Timur. ”Gelombang tinggi ini fluktuatif, dari 1,5 meter hingga 3 meter. Kondisi ini diperkirakan masih berlangsung hingga setelah Lebaran,” kata Rion S Salman, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Pattimura.
Rion mengingatkan agar imbauan itu diperhatikan otoritas pelabuhan, operator angkutan, dan pemudik. Berdasarkan pengalaman, tak jarang pemudik memaksa operator untuk berlayar di tengah cuaca buruk. Mereka menggunakan kapal pelayaran rakyat di luar kontrol otoritas. Kapal dimaksud umumnya melayani rute Ambon ke pesisir Pulau Buru dan di bagian barat Pulau Seram.
Sementara itu, rute seperti Ambon menuju Kepulauan Banda dan Kepulauan Kei menggunakan kapal milik PT Pelni (Persero) dengan ukuran lebih besar. Rute itu diperkirakan tak terganggu karena kapal tetap berlayar. Rute Ambon-Kepulauan Kei juga terbantu dengan penerbangan.
Untuk rute Ambon ke pulau-pulau di Kabupaten Seram Bagian Timur, kebanyakan dilayani kapal perintis tua berukuran kurang dari 2.000 gros ton. Kapal semacam itu tidak akan diizinkan berlayar jika tinggi gelombang sudah melampaui 2 meter. Tak ada transportasi alternatif ke daerah itu.
Adapun rute Ambon-Pulau Buru dilayani feri dan kapal kecil yang juga tidak bisa berlayar jika tinggi gelombang melebihi 1,5 meter. ”Kami tidak mau ambil risiko. Setiap kapal yang berlayar harus memenuhi standar keselamatan,” kata Koordinator Pos Komando Mudik Laut di Ambon Affan Tabona.
Keamanan pemudik
Di Cilegon, Banten, Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Banten Komisaris Besar Tri Julianto Djatiutomo mengatakan, berdasarkan informasi BMKG Serang, cuaca buruk di Selat Sunda diramalkan tidak terjadi pada masa Lebaran 2018.
”Kapal-kapal yang berangkat dari Pelabuhan Merak, Banten, menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, dan sebaliknya diyakini bisa berlayar dengan lancar,” kata Tri.
Kementerian Perhubungan mencatat, jumlah penyeberang di tujuh lintasan perairan utama secara nasional selama periode H-1 hingga H+7 Lebaran mencapai 4.222.071 orang dan 1.014.955 kendaraan. Jumlah pemudik di lintasan Merak-Bakauheni sekitar 50 persen dari total pemudik.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan telah meminta kepolisian setempat menjamin keamanan pemudik di pelabuhan-pelabuhan penyeberangan. Kementerian Perhubungan juga akan menindak tegas apabila ada kapal jenis landing craft tank (LCT) dioperasikan untuk mengangkut orang saat arus mudik dan balik.
Kapal LCT ini biasanya dioperasikan di Pelabuhan Bojanegara yang dikelola PT Bandar Bakau Jaya. ”Sudah sering LCT digunakan untuk mengangkut truk yang ada sopir dan kernetnya. Padahal, LCT tidak diperuntukkan mengangkut orang,” katanya.
Sementara itu, 525 polisi dan anggota TNI akan ditempatkan di Pelabuhan Merak selama arus mudik dan balik. Pengamanan di pelabuhan tersebut didukung pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, hingga pramuka.
General Manager PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak Fahmi Alweni di Cilegon, mengatakan, personel keamanan yang dikerahkan terdiri dari 400 polisi dan 125 anggota TNI. Mereka akan ditugaskan di dalam dan luar pelabuhan itu mulai H-7 hingga H+7. Selain itu, polisi dan anggota TNI juga akan menjaga jalan-jalan menuju pelabuhan.
”Sejumlah polisi berpakaian preman akan mengamankan Pelabuhan Merak. Posko-posko TNI juga akan didirikan,” katanya.(FRN/ARN/BAY)