JAKARTA, KOMPAS Pemerintah terus menjaga stabilitas harga dan stok pangan agar harga tidak melonjak tinggi selama Ramadhan dan Lebaran 2018. Pengusaha pangan, peritel, dan pedagang dilibatkan, baik melalui sarana pasar murah maupun dalam menentukan harga di tingkat konsumen.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Senin (4/6/2018), mengatakan, kenaikan harga jelang Lebaran tidak boleh dijadikan kebiasaan. Selama ini kenaikan harga bahan pokok menjelang Lebaran dianggap sebagai sesuatu yang wajar, padahal hal tersebut bukan hal yang biasa.
”Kita tidak boleh membiasakan hal yang tidak benar. Pemerintah bekerja sama dengan pelaku usaha pangan terus berupaya menstabilisasi harga dan stok pangan agar harga tidak melonjak tinggi,” katanya.
Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah menggelar pasar murah di daerah-daerah dengan harga bahan pokok tinggi. Bahan kebutuhan pokok itu dijual dengan selisih harga Rp 500-Rp 700 dari harga di pasaran. Upaya lain adalah menggelar operasi pasar beras medium dari Bulog melalui pedagang dengan harga yang ditetapkan pemerintah.
Kementerian Perdagangan bersama pedagang dan pelaku usaha penggilingan padi menentukan bersama harga eceren tertinggi (HET) beras. HET beras medium di tingkat konsumen yang semula Rp 9.450 per kilogram diturunkan menjadi Rp 8.900 per kg.
Marketing Manager Argo Boga Utama Uke Umawati menyatakan telah menyiapkan daging beku impor dari Australia 12.000 ton. Perusahaan pengimpor daging itu juga menyediakan 250 kg daging sapi dan 350 kg daging kerbau beku per hari untuk bazar Ramadhan.
Petugas PD Pasar Jaya Unit Pasar Besar Pasar Induk Kramat Jati, Agus Rinanto, menyatakan akan membantu pemerintah menjaga stabilitas harga. Untuk cabai, bawang merah, dan bawang putih sudah ada stok sekitar 20 ton.
Harga naik
Berdasarkan pantauan Kompas di Pasar Senen dan Jatinegara, Jakarta, harga daging beku eks impor yang seharusnya dijual Rp 80.000 per kg naik menjadi Rp 85.000-Rp 100.00 per kg. Adapun harga daging sapi segar pada kisaran Rp 115.000-Rp 130.000 per kg.
Aan (35), pedagang daging di Pasar Senen, mengatakan, kenaikan bukan karena permintaan tinggi, melainkan disebabkan dari pemasok daging yang mulai menaikkan harga. ”Kenaikan harga daging beku impor itu juga karena ada biaya transportasi. Biasanya yang pesan katering dan rumah makan. Mereka meminta daging itu diantar,” katanya.
Di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, permintaan beras turun. Pegawai PT Dewa Tunggal Abadi, Elvis Alexander (58), menyatakan, penjualan beras turun sekitar 25 persen per hari. Di hari biasa, beras yang terjual sekitar 50 ton per hari, sedangkan di bulan Ramadhan ini 35-40 ton per hari.
inflasi
Kenaikan harga daging ayam dan telur ayam ras menyumbang inflasi tertinggi di DKI Jakarta sepanjang Mei 2018. Inflasi di DKI Jakarta pada Mei 0,45 persen. Inflasi itu lebih tinggi dari April yang sebesar 0,06 persen dan Maret 0,09 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat, harga daging ayam ras di DKI Jakarta meningkat 4,83 persen sejak April hingga akhir Mei dari rata-rata Rp 39.961,61 per kg pada April menjadi Rp 41.991,45 per kg pada Mei. Adapun rata-rata harga telur melonjak dari Rp 23.147,69 per kg pada April menjadi Rp 27.002,16 per kg sepanjang Mei.
”Tingginya inflasi Jakarta menjelang bulan puasa dipicu peningkatan konsumsi untuk persiapan puasa dan Lebaran,” kata Kepala BPS DKI Jakarta Thoman Pardosi.