Harga Telur dan Daging Ayam di Kalteng Mulai Naik

KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal (Pol) Anang Revandoko bersama Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng Wuryanto sedang melakukan inspeksi mendadak di Pasar Besar Palangkaraya.

PALANGKARAYA, KOMPAS — Forum Koordinasi Pimpinan Daerah melakukan inspeksi mendadak ke pasar dan gudang Bulog Palangkaraya. Hal itu dilakukan untuk memeriksa ketersediaan bahan pangan selama lebaran.

Inspeksi mendadak (sidak) itu dimulai pada pukul 09.00 di Pasar Besar Palangkaraya, Jalan Ahmad Yani. Dari Pasar Besar Palangkaraya, rombongan menuju Pasar Kahayan dan mengakhiri sidak pada pukul 11.00 di gudang Bulog di Jalan Tjilik Riwut Kilometer 7,5.

”Kami menjaga jangan sampai ketersediaan habis atau menipis karena adanya tindak pidana seperti penimbunan dan lain sebagainya,” ungkap Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal (Pol) Anang Revandoko di sela-sela sidak di Pasar Kahayan, Rabu (6/6/2018).

Dari hasil sidak, ditemukan dua komoditas yang harganya mulai merangkak naik, yakni daging ayam ras dan telur ayam. Daging ayam yang harga normalnya Rp 30.000 per kilogram (kg) saat ini menjadi Rp 40.000 per kg di Pasar Kahayan. Di Pasar Besar harganya masih di kisaran Rp 37.000 sampai Rp 38.000 per kg.

Kepala Bidang Pengembangan Agribisnis Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Provinsi Kalteng Dewi Erowati mengungkapkan, saat ini stok daging ayam masih aman. Di kandang penyangga masih terdapat 25.000 ekor yang dinilai masih mampu mencukupi kebutuhan hingga lebaran.

”Kenaikan harga bukan disebabkan oleh stok. Stok tidak kurang. Kami terus berupaya dengan bekerja sama dengan asosiasi peternak untuk memenuhi kebutuhan daging ayam,” kata Dewi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng Wuryanto mengatakan, kenaikan terjadi bukan karena kurang stok, melainkan karena animo masyarakat jelang Lebaran. Permintaan yang tinggi menyebabkan harga naik begitu saja.

”Padahal, kan, kalau jelang Lebaran atau masa puasa makannya sedikit, tetapi ternyata tidak. Saat puasa orang belanja lebih banyak,” kata Wuryanto.