MEDAN, KOMPAS - PT Perkebunan Nusantara IV meningkatkan penjagaan kebun sawit untuk menekan pencurian tandan buah segar. Dengan menekan pencurian, produksi diperkirakan bisa naik 15 persen. PTPN IV optimistis bisa mencapai target laba Rp 1 triliun yang ditetapkan pemerintah.
”Untuk meningkatkan laba perusahaan, kami juga melakukan perbaikan-perbaikan lainnya, seperti peningkatan produktivitas tanaman, perbaikan manajemen pemeliharaan tanaman, peremajaan tanaman, perbaikan infrastruktur jalan, dan pengembangan sumber daya manusia,” kata Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Siwi Peni di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (9/6/2018).
Siwi mengatakan, pabrik minyak goreng milik PTPN IV dan PTPN III di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Simalungun, juga sudah hampir rampung dan diperkirakan bisa beroperasi tahun ini. Pabrik berkapasitas 600.000 ton minyak goreng per tahun itu juga diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan.
Menurut Siwi, target laba tahun 2018 yang dibebankan pemerintah ke PTPN IV sebesar Rp 1 triliun sangat realistis dicapai, mengingat kinerja perusahaan yang menunjukkan perbaikan signifikan dalam beberapa tahun ini. Perbaikan itu terlihat dari pertumbuhan laba dan peningkatan produksi. ”Bahkan, di internal perusahaan, saya selalu minta agar perusahaan dapat mencapai laba Rp 1,6 triliun,” ujar Siwi.
Laba PTPN IV tahun 2017, kata Siwi, mencapai Rp 763,7 miliar atau naik 36,8 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 560 miliar. Kenaikan laba tersebut terutama disumbang oleh kenaikan produksi minyak sawit mentah (CPO) tahun 2017 yang mencapai 662.000 ton atau naik sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya sekitar 600.000 ton.
Produktivitas naik
Direktur Operasional PTPN IV Rediman Silalahi menjelaskan, peningkatan produksi CPO terjadi karena meningkatnya produktivitas tanaman dengan manajemen pemupukan. Selain itu, pencurian tandan buah sawit (TBS) berkurang.
Produktivitas kebun sawit PTPN IV sebelumnya sempat stagnan bertahun-tahun di angka 19 ton TBS per hektar per tahun. Namun, pada tahun 2017, produktivitas kebun sawit meningkat menjadi 20,37 ton TBS per hektar per tahun. ”Tahun ini, kami bahkan menargetkan peningkatan produktivitas menjadi 23 ton. Ini untuk memacu semangat karyawan,” katanya.
Selain itu, kata Rediman, perusahaan juga berkomitmen menerapkan industri sawit berkelanjutan. Penerapan penting untuk menghadapi sikap antisawit Eropa.
Pihaknya terus memperbaiki manajemen kebun dan pabrik agar memenuhi kriteria berkelanjutan yang ditetapkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Sejauh ini seluruh kebun dan pabrik telah bersertifikat ISPO. Akan tetapi, pasar Eropa belum sepenuhnya mengakui ISPO. Mereka hanya mengakui sertifikasi RSPO.
Rediman mengatakan, sebanyak 12 kebun dari total 30 kebun sawit PTPN IV sudah mendapat sertifikat RSPO. Selain itu, tujuh pabrik dari total 16 pabrik CPO juga sudah disertifikasi RSPO.