Harga Cabai Melambung
Harga cabai di Kalimantan dan Papua melonjak tinggi jelang Lebaran. Di Jayapura, harga cabai rawit tembus Rp 110.000 per kg dan di Palangkaraya Rp 65.000 per kg.
JAYAPURA, KOMPAS - Harga cabai di Papua terus melonjak hingga H-4 menjelang Lebaran menjadi Rp 110.000 per kilogram. Lonjakan itu terjadi beberapa pekan lalu. Kenaikan harga itu di luar kondisi normal karena pasokan cabai masih stabil.
Dari pantauan Ombudsman RI di sejumlah pusat perbelanjaan dan pasar tradisional, harga cabai rawit naik dari Rp 100.000 pekan lalu menjadi Rp 110.000, Senin (11/6/2018).
Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Papua Sabar Iwanggin yang ditemui seusai pemantauan mengatakan, harga cabai di Papua kemungkinan yang tertinggi di seluruh Indonesia. ”Harga cabai meningkat drastis. Hal ini sangat membebani masyarakat selaku konsumen. Kami akan melaporkan masalah itu ke Ombudsman pusat dan Kementerian Perdagangan,” kata Sabar.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua Belinda Sahulata mengakui, harga cabai rawit terus mengalami kenaikan secara drastis beberapa hari terakhir.
Hal itu sangat mengherankan karena pasokan cabai masih stabil. Harga jual di tingkat petani masih sekitar Rp 78.000 per kg. ”Kami telah meminta tim Satuan Tugas Pangan dari Kepolisian Daerah Papua untuk menindaklanjuti hal itu. Tujuannya adalah mencegah kemungkinan terjadinya permainan harga oleh oknum tertentu,” ujarnya.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Papua Komisaris Besar Edi Swasono menyatakan, polisi akan menelusuri kenaikan harga cabai secara drastis. Dari hasil penelusuran, polisi tidak menemukan kelangkaan cabai di Papua.
Pasokan stabil
Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, harga cabai rawit mulai merangkak naik dari harga normal Rp 45.000 per kg menjadi Rp 65.000 per kg. Meski harga naik, pemerintah daerah mengklaim pasokan cabai masih aman.
Nisa (32), salah satu pedagang sayuran di Pasar Kahayan, Palangkaraya, mengatakan, sudah seminggu harga cabai terus naik. Menurut dia, hal tersebut lazim terjadi mendekati Lebaran.
”Saya hanya mengikuti harga dengan pedagang lain karena belinya juga di tempat yang sama,” kata Nisa yang mengakui suplai cabai ke pasar stabil.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalteng Jenta mengatakan, sampai saat ini, stok atau pasokan cabai dan kebutuhan barang lainnya masih aman terkendali. Kebutuhan cabai rawit di Kalteng sekitar 580 ton per bulan. Adapun produksinya hanya 316 ton per bulan. ”Kami selalu menambah kekurangan pasokan cabai dari Sulawesi dan Jawa,” kata Jenta.
Sementara itu, Badan Ketahanan Pangan (BKP) berkomitmen untuk mengantisipasi kenaikan harga dan kekurangan pasokan pangan melalui Toko Tani Indonesia (TTI). ”Kebutuhan pangan pada Ramadhan-Lebaran meningkat 10 persen,” kata Kepala BKP Agung Hendriadi.
Untuk menjaga pasokan pangan tetap mencukupi ke semua daerah di Indonesia, BKP memanfaatkan TTI yang menjual bahan pangan lebih murah dari harga pasar. TTI sudah mencapai sekitar 3.000 toko di seluruh Indonesia.
Investasi
Di Tangerang, Banten, PT Indofood CBP terus berupaya memenuhi kebutuhan pangan di wilayah timur Indonesia. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tol laut untuk menekan harga pangan di sana karena biaya pengiriman bisa lebih murah.
Selain dengan tol laut, perusahaan tersebut juga mendistribusikan barang ke Indonesia bagian timur dengan cara lama, yakni bekerja sama dengan mitra-mitra di daerah.
Head of Corporate Communication PT Indofood Sukses Makmur Tbk Stefanus Indrayana mengemukakan, tantangan distribusi ke Indonesia bagian timur adalah biaya transportasi. Jika biaya transportasinya mahal, harganya bisa tidak sampai ke sasaran,” katanya.
Indofood juga berinvestasi di wilayah tersebut, yaitu di Makassar dan Manado. Produksi pangan dari kedua kota itu akan didistribusikan ke wilayah-wilayah lain di Indonesia bagian timur. Sebagian lagi dikirim ke Surabaya.(FLO/E12/IDO/E22)