Masyarakat merayakan Lebaran dengan balutan beragam tradisi dan kuliner. Lebaran menjadi sarana bagi pertemuan kemajemukan bangsa Indonesia.
Idul Fitri merupakan hari istimewa bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Masyarakat merayakan hari kemenangan dengan balutan beragam tradisi dan makanan khas yang selalu menyertainya.
Indonesia merupakan negara majemuk dengan berbagai suku, bahasa, agama, dan tradisi. Berdasarkan data Sensus Penduduk Tahun 2010, penduduk Indonesia menganut agama yang berbeda-beda dengan mayoritas penganut agama Islam (87,2 persen). Tercatat juga ada lebih dari 1.300 suku bangsa tersebar dari Sabang hingga Merauke dengan proporsi terbesar suku Jawa yang mencapai 40,2 persen jumlah penduduk Indonesia.
Keanekaragaman suku, bahasa, dan agama di Indonesia turut memperkaya tradisi yang melingkupi Lebaran. Hasil jajak pendapat Litbang Kompas terhadap masyarakat di 16 kota besar Indonesia 2-3 Juni 2018 mencatat ada sejumlah tradisi yang menjadi kebiasaan rutin masyarakat Indonesia selama merayakan Lebaran.
Tradisi yang kerap dilakukan masyarakat bertepatan dengan Lebaran adalah berziarah ke makam (27,6 persen responden). Selain itu, satu dari sepuluh responden lain juga biasa membagi uang kepada keponakan/sanak saudara. Lebaran pun identik pula dengan tradisi lain yang dilakukan responden, yaitu takbir keliling (9,8 persen), mengirim makanan (8,1 persen), dan membeli pakaian baru (7,5 persen).
Tradisi-tradisi merayakan Lebaran yang sama pun dilakukan masyarakat yang tidak merayakan Lebaran. Tradisi atau kebiasaan itu adalah berkumpul dan bersilaturahim. Tradisi berkumpul dan bersilaturahim yang telah melekat di masyarakat Indonesia menjadikan Lebaran senantiasa menjadi momentum mudik massal setiap tahun.
Makanan khas
Kekayaan Indonesia juga terlihat dari keragaman makanan di setiap daerah dari Sabang sampai Merauke. Lebaran juga selalu tak lepas dari hadirnya beragam menu makanan.
Ketupat dan opor ayam merupakan sajian wajib yang dipersiapkan sebagian besar responden (68,3 persen). Selain itu, daging olahan masih menjadi primadona menyambut momen Lebaran. Empat dari sepuluh responden memilih daging olahan sebagai menu utama yang dihidangkan seusai shalat Idul Fitri. Daging diolah menjadi beragam makanan khas, seperti rendang, dendeng, rawon, dan sate.
Sebagai pendamping, mayoritas masyarakat juga menyediakan makanan ringan, seperti aneka kue, untuk menyambut kehadiran tamu. Aning (18), pedagang kue kering di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, mengatakan, penjualan kue biasanya meningkat hingga empat kali lipat dibandingkan dengan hari biasa. Nastar dan olahan cokelat menjadi pilihan utama pembeli.
Selain kue, makanan khas kampung halaman selalu tak luput tersaji di atas meja. Salah satu makanan pilihan responden yang wajib disajikan saat Lebaran adalah ilabulo. Makanan khas Gorontalo itu terbuat dari campuran sagu dengan daging ayam atau jeroan.
Lebaran juga membawa berbagai hidangan khas daerah keluar dari wilayah asalnya. Salah satu contohnya adalah buras, makanan khas Sulawesi Selatan. Makanan itu serupa lontong dimasak setengah matang yang dinikmati dengan hidangan berkuah seperti coto Makassar.
Buras tidak hanya disajikan sebagai menu khas Lebaran di Sulawesi Selatan. Hasil jajak pendapat itu juga menunjukkan, seperempat responden dari Kota Samarinda, Ambon, dan Jayapura turut juga menyajikan Buras saat Lebaran.
Melalui tradisi silaturahim dan kuliner, perayaan Lebaran menjadi sarana bagi pertemuan kemajemukan bangsa Indonesia. Semua itu dinikmati setiap lapisan masyarakat dengan beragam latar belakang.
(ALBERTUS KRISNA)