KABANJAHE, KOMPAS - Aktivitas vulkanis Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, menurun dalam empat bulan ini. Erupsi dan awan panas guguran, yang biasanya terjadi hampir tiap hari, kini hanya beberapa kali dalam sebulan. Meski demikian, warga diminta tetap waspada dan menjauhi zona merah karena status gunung api masih tetap Awas.
Ketua Tim Tanggap Darurat Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Kristianto, Rabu (13/6/2018), mengatakan, aktivitas kegempaan Gunung Sinabung juga menurun. Pertumbuhan kubah lava tidak terjadi sejak erupsi besar dengan tinggi kolom abu 5.000 meter disertai awan panas guguran 4.900 meter ke arah tenggara-selatan dan 3.500 meter ke arah barat-selatan, Februari lalu.
Kristianto mengatakan, erupsi terakhir Gunung Sinabung terpantau pada 23 Mei dengan tinggi kolom abu 2.500 meter dan pada 20 Mei dengan tinggi kolom abu 700 meter. Kedua erupsi tidak disertai awan panas guguran.
Aktivitas kegempaan Gunung Sinabung juga menurun drastis beberapa bulan ini. Gempa, yang biasanya terjadi hingga lebih dari 100 kali per hari, kini hanya 5-20 kali per hari. Gempa yang mendominasi saat ini hanya gempa jenis embusan yang menunjukkan ada embusan gas bertekanan rendah dari kawah gunung.
Sebelumnya, gempa yang mendominasi di Gunung Sinabung adalah gempa hibrid yang menunjukkan ada pembentukan kubah lava. Ada juga gempa jenis frekuensi rendah yang menandakan pasokan energi fluida dari dapur magma ke kawah gunung. Selain itu, ada gempa guguran yang mengindikasikan proses guguran kubah lava dari kawah. ”Gempa jenis hibrid, frekuensi rendah, dan guguran sangat jarang terjadi beberapa bulan terakhir,” ujar Kristianto.
Meski demikian, kata Kristianto, sejumlah indikator masih menunjukkan aktivitas vulkanis Gunung Sinabung, seperti masih terdapat asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal dengan tinggi 50-150 meter di atas kawah gunung. Asap kawah menandakan masih ada tekanan dari dapur magma ke kawah gunung.
Status masih Awas
Kristianto mengingatkan, menurunnya aktivitas vulkanis Gunung Sinabung dalam empat bulan ini belum bisa menjadi acuan untuk menyatakan ancaman erupsi gunung api berkurang. Status gunung masih Awas dan zona merah belum berubah.
Karakteristik Gunung Sinabung sulit diprediksi. Erupsi besar yang disertai awan panas guguran, Februari lalu, bahkan terjadi tanpa didahului tremor menerus ataupun tremor satuan sebagaimana pantauan pada seismograf. ”Letusan besar itu jadi pelajaran untuk tetap hati-hati meski aktivitas kegempaan tidak tinggi,” katanya.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Peranginangin mengatakan, meski aktivitas vulkanis Gunung Sinabung menurun dalam beberapa bulan ini, pihaknya bersama aparat TNI dan Polri tetap melakukan penjagaan di pintu-pintu masuk menuju zona merah. Petugas tetap melarang para petani yang hendak masuk ke ladang di zona merah.
Natanael menyatakan, zona merah bahaya letusan Gunung Sinabung belum berubah, yakni 7 kilometer di sektor selatan-tenggara, 6 kilometer di sektor tenggara-timur, 4 kilometer di sektor selatan-barat dan sektor utara-timur, serta 3 kilometer untuk sektor utara-barat. (NSA)