MANADO, KOMPAS - Keterbatasan guru di daerah kepulauan di Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Filipina memaksa sejumlah kabupaten merekrut ratusan guru honorer yang dibiayai dana APBD setempat. Kekurangan tenaga guru telah terjadi selama 10 tahun terakhir, yaitu untuk tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas.
Bupati Kabupaten Sangihe Jabes Gaghana di Manado, Rabu (13/6/2018), mengatakan, setiap tahun pihaknya merekrut puluhan guru melalui program Sangihe Mengajar. Hal sama juga dikatakan Bupati Sitaro Tonny Supit yang tahun ini merekrut 278 guru dalam program Sitaro Mengajar.
Baik Sangihe maupun Sitaro merekrut tenaga guru tamatan perguruan tinggi pendidikan swasta dan Universitas Negeri Manado dari berbagai jurusan. Perekrutan dilakukan berdasarkan keilmuan dan domisili guru dan yang wajib tinggal di kepulauan.
Jabes menyebut, dari 30 guru direkrut dalam Sangihe Mengajar tahun ini, 16 guru IPA dikirim ke Jakarta untuk mendapat pembekalan dari sebuah institut ternama. Mereka dilatih selama sebulan kemudian dikontrak pemerintah kabupaten.
”Kami sangat kekurangan guru bidang FMIPA. Kami kirim guru ke Jakarta untuk menambah keterampilan ilmu,” jelas Jabes.
Jabes dan Tonny Supit mengaku, minimnya tenaga guru di kepulauan disebabkan banyak guru yang meninggalkan tugas pindah ke Manado. Oleh karena itu, perekrutan tenaga guru baru harus berdasarkan asal domisili.
”Banyak guru dari Manado yang bertugas di kepulauan pindah dengan berbagai alasan, padahal mereka baru bertugas setahun. Ke depan pola perekrutan guru harus sesuai domisili, guru putra daerah,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Sitaro Robert Kahiking menjelaskan, pihaknya menambah kuota perekrutan tenaga guru honorer tahun 2018 dari 100 guru menjadi 287 orang guru untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Para guru honorer diupah dengan rata-rata pendapatan di atas upah minimum Provinsi Sulut Rp 2,8 juta. Langkah ini juga memberdayakan tamatan perguruan tinggi pendidikan yang tinggal di Sitaro.
Semua guru yang direkrut adalah putra daerah sehingga mereka dapat diikat kontrak lebih lama. Proses kontrak dilakukan setiap tahun mengacu pada keberadaan dana APBD. ”Para guru akan ditempatkan di 47 pulau di Kabupaten Sitaro yang memang minim guru,” jelas Supit.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Sangihe H Tatawi menambahkan, perekrutan tenaga guru juga untuk mengganti guru yang akan pensiun sekitar 100 orang.
”Kalau kami tidak rekrut, akan terjadi kekosongan,” ungkap Tatawi. Hingga tahun 2018, Kabupaten Sangihe masih kekurangan sekitar 500 guru SD. Wilayah ini memiliki 26 pulau yang berpenghuni dan memiliki gedung SD. (zal)