PALEMBANG, KOMPAS — Kontestasi Pemilihan Gubernur Sumatera Selatan diperkirakan menampilkan persaingan ketat antara Herman Deru-Mawardi Yahya dan Dodi Reza Alex-Giri Ramanda Kiemas.
Kedua pasangan ini unggul jauh dengan dua pasangan lain. Namun, pemenang pilkada masih sulit ditebak lantaran pemilih mengambang masih tergolong tinggi, yakni di atas 20 persen.
Persoalan itu mengemuka dalam Survei Persepsi dan Perilaku Publik terhadap Pelaksanaan Pilgub Provinsi Sumatera Selatan yang dirilis Lembaga Survei Indomatrik di Palembang, Selasa (19/6/2018).
Survei ini berpedoman pada penentuan responden yang dilakukan secara random sistematis dengan jumlah sampel mencapai 880 responden dengan sampling error mencapai plus minus 3,5 peren pada tingkat kepercayaan sekitar 95 persen.
Dalam survei yang dilakukan pada 29 Mei sampai 3 Juni 2018 tersebut, elektabilitas pasangan Dodi Reza-Giri Ramanda mencapai 32,50 persen, unggul dibandingkan dengan pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya dengan elektabilitas mencapai 28,48 persen.
Adapun pasangan lain terpaut cukup jauh, seperti Ishak Mekki-Yudha Pratomo yang memperoleh elektabilitas 15,08 persen dan Saifuddin Aswari-Irwansyah hanya 6,70 persen.
Direktur Analisis Indomatrik Deni Yusuf mengutarakan, dalam pemilihan gubernur mendatang, diperkirakan hanya ada dua pasang yang bersaing ketat untuk menduduki kursi Sumsel 1 dan 2, yakni pasangan calon gubernur nomor 1, Herman Deru-Mawardi Yahya, dan pasangan calon gubernur nomor 4, Dodi Reza-Giri Ramanda.
Selain karena kedua paslon ini sudah dikenal warga Sumsel, kedua pasangan ini dinilai memiliki visi misa dan program kerja yang baik. Keduanya juga memiliki basis pemilih yang cukup tinggi.
Dari 17 kabupaten yang ada di Sumatera Selatan, Dodi-Giri menang di 9 wilayah, sementara Herman-Mawardi menang 7 wilayah.
Meski demikian, ujar Deni, terkait siapa yang paling berpeluang masih sulit diprediksi. Itu karena ada sekitar 17,25 persen pemilih mengambang yang belum menentukan pilihan. Keberadaan pemilih mengambang inilah yang harus diperhitungkan jika ingin memenangi Pilgub Sumsel.
”Debat pilgub yang digelar pada 21 Juni mendatang tentu akan menjadi salah satu cara menarik suara dari pemilih mengambang ini,” ungkap Deni.
Pengamat politik Sumatera Selatan, Ade Indra Chaniago, mengungkapkan, persaingan di antara dua pasangan ini sangat bergantung pada kemampuan tim sukses setiap pasangan untuk mengelola pemilih militan serta meraih suara dari pemilih mengambang.
Apabila dilihat dari pemetaan wilayah pemetaan, aspek primodialisme masih menjadi faktor kuat pemenangan. Sumsel dibagi tiga sungai besar, yakni Sungai Komering, Sungai Musi, dan Sungai Lematang.
Pasangan Herman-Mawardi berasal dari daerah yang dialiri Sungai Komering. Wilayah pemenangan juga ada di beberapa wilayah yang dialiri Sungai Komering, seperti Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur, OKU Selatan, dan Ogan Ilir.
Keberadaan Muara Enim dan Prabumulih sebagai wilayah pemenangan tambahan dipengaruhi adanya konflik politik di tubuh Partai Golkar dan Wali Kota Prabumulih yang merupakan adik dari Mawardi.
Adapun pasangan Dodi-Giri lebih beragam karena Dodi berasal dari daerah yang dialiri Sungai Lematang, sementara Giri berasal dari daerah yang dialiri Sungai Musi. Pasangan ini menang di Palembang, Banyuasin, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Musi Banyuasin, Empat Lawang, Penukal Abab Lematang Ilir, dan Lubuk Linggau.
Namun, keadaan bisa saja berubah bergantung pada kemampuan tim sukses dan mesin politik untuk memobilisasi pemilih. Keberadaan serangan fajar mungkin saja menjadi salah satu cara yang masih akan digunakan. Keberadaan calon wakil gubernur juga menjadi tolak ukur keberhasilan salah satu pasangan calon memenangi kontestasi ini.