Masyarakat di Kabupaten Lampung Barat, Lampung, mempunyai tradisi tertentu dalam merayakan Idul Fitri. Salah satunya, pada hari kedua Lebaran hingga sepekan setelahnya, warga berkeliling kampung sambil memakai topeng yang menggambarkan berbagai ekspresi wajah.
Tradisi itu dikenal sebagai Pesta Topeng Sekura atau disebut juga Pesta Sekura. Tradisi ini sudah terpelihara berabad-abad lamanya. Hampir semua kecamatan di Lampung Barat menggelar Pesta Sekura tiap tahun. Tahun ini, Pesta Sekura akan digelar, antara lain di Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, dan Belalau.
Camat Balik Bukit Junaidi Jamsari mengatakan, tahun ini, ada 10 desa yang akan menggelar Pesta Sekura, antara lain Pekon Gunung Sugih, Padang Dalom, Watas, dan Sebarus. ”Kepanitiaan di setiap desa sudah dibentuk. Persiapan juga sudah mulai dilakukan,” ujar Junaidi, Selasa (12/6/2018).
Menurut Junaidi, biaya untuk pelaksanaan pesta rakyat itu merupakan hasil penggalangan dana dari warga desa. Setiap keluarga biasanya akan menyumbang secara sukarela untuk perhelatan itu. Ia mengatakan, Pesta Sekura dilaksanakan secara bergantian agar silaturahim antardesa merata. Saat pesta digelar, warga akan memadati jalan-jalan kampung dan berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain menggunakan topeng.
Sesekali mereka berjalan sembari menari. Warga dari desa lain akan ikut bersilaturahim ke desa yang menggelar Pesta Sekura. Pesta Sekura membuat perayaan Idul Fitri kian semarak.
Sekura merupakan bahasa Lampung yang digunakan untuk menyebut topeng. Ada dua jenis sekura yang biasa dikenakan, yakni sekura betik dan sekura kamak. Sekura betik biasa dipakai laki-laki remaja. Topeng mereka terbuat dari kain. Kacamata hitam biasa melengkapi dandanan untuk menutup wajah. Dalam bahasa Lampung, ’betik’ berarti bersih.
Adapun sekura kamak biasa dipakai pria dewasa. Sekura ini biasanya terbuat dari kayu randu yang dipahat. Pakaian sengaja dibuat compang-camping dan kotor karena sesuai namanya, kamak, berarti buruk atau kotor.
Menurut Junaidi, Pesta Sekura merupakan tradisi lama yang terkait dengan sejarah masuknya Islam di Lampung. Pesta topeng itu menggambarkan peperangan antara penganut animisme dan Islam pada masa lalu.
Kini, Pesta Sekura menggambarkan bahwa umat Islam juga berperang melawan lapar, haus, dan hawa nafsu dengan berpuasa selama satu bulan. Selain wujud kegembiraan, Pesta Sekura juga menjadi ajang silaturahim antarwarga dan saling berbagi.
Agenda wisata
Untuk memeriahkan tradisi itu, panitia juga mengadakan sejumlah lomba, di antaranya
panjat pinang dan berbalas pantun. Berbagai hadiah yang disiapkan panitia dibagikan kepada warga. Acara lomba dan panjat pinang itu menjadi puncak kegembiraan sekaligus penutup Pesta Sekura.
Hingga kini, Pesta Topeng Sekura terus dinanti warga Lampung Barat saat Lebaran. Bahkan, Pesta Topeng Sekura telah menjadi salah satu agenda wisata tahunan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat untuk mengundang wisatawan lokal dan mancanegara.
Tradisi ini juga melahirkan para perajin topeng sekura di Lampung Barat. Harun HS (40), salah satu perajin topeng sekura mengatakan, dia menekuni pembuatan topeng sekura sejak tahun 2017. Dia tertarik menekuni pembuatan topeng sekura untuk melestarikan tradisi itu.
Selain untuk perayaan Pesta Sekura, topeng yang Harun buat juga biasanya dijual kepada wisatawan dan kolektor topeng. Harga jual topeng sekura bervariasi, berkisar Rp 50.000–Rp 100.000. Harga topeng bergantung pada ukuran dan kerumitan ekspresi wajah yang dipahat.