500 Tangki Air Disiapkan Atasi Kekeringan di Magelang
Oleh
Regina Rukmorini
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 500 tangki air bersih disiapkan untuk mengantisipasi ancaman kekeringan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Persediaan air bersih tahun ini jauh lebih banyak dibandingkan penyaluran bantuan tahun lalu yang sebanyak 150 tangki.
”Kami memang harus menyiapkan lebih banyak persediaan air karena berdasarkan prediksi cuaca dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), cuaca tahun ini diprediksi akan lebih kering dibandingkan tahun 2017,” ujar Kepala Seksi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Nur Hadianto, Rabu (20/6/2018).
Satu tangki berisi 5.000 liter air, artinya cadangan air bersih yang siap dipasok mencapai 2,5 juta liter. Persediaan 500 tangki tersebut disiapkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama musim kemarau hingga Oktober. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus 2018.
Krisis air bersih sering kali terjadi di Kecamatan Borobudur dan Salaman. Di Kecamatan Borobudur, jumlah wilayah yang sering kali meminta dan mendapat bantuan air bersih terdata mencapai enam desa. Adapun di Kecamatan Salaman krisis air bersih kerap terjadi di dua desa.
Nur mengatakan, penyaluran bantuan air bersih sudah dilakukan ke dua desa di Kecamatan Borobudur, yaitu Kembanglimus dan Candirejo. Total bantuan air bersih yang disalurkan ke dua desa itu mencapai 10.000 liter.
Dengan melihat kondisi di lapangan, BPBD Kabupaten Magelang akan mengatur jadwal dan kebutuhan penyaluran air bersih untuk Desa Kembanglimus dan Candirejo.
Siti Muslikah, warga Desa Kembanglimus, menyebutkan, selama sebulan terakhir sumurnya yang sedalam 15 meter telah mengering. Sejak itu, dia selalu mencari air ke sejumlah sumber di desa. Namun, karena debit air sudah mengecil, dia mesti berhemat.
Tutik, warga Kembanglimus, mengatakan, setiap hari sumurnya yang sedalam 15 meter hanya terisi kurang dari 1 meter.
”Air dari sumur hanya cukup untuk memasak. Untuk keperluan mandi dan mencuci, kami terpaksa harus melakukannya di sungai,” ujarnya.
Suparmin, warga lainnya, mengatakan, agar tidak terus-menerus bingung mencari air ke sejumlah sumber, dalam waktu dekat dirinya berencana untuk membeli air dari PDAM.