JAKARTA, KOMPAS Persaingan ketat antarpasangan calon masih terjadi di beberapa provinsi yang akan menggelar pemilihan kepada daerah pada 27 Juni 2018. Pada sisa waktu kampanye sebelum masa tenang 24-26 Juni 2018 menjadi penentu bagi pasangan calon untuk mengambil kesempatan akhir.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, pasangan calon yang memiliki tingkat elektabilitas bersaing di daerahnya perlu memikirkan strategi yang matang pada sisa waktu kampanye yang hanya sekitar 3 hari.
”Di daerah yang persaingannya masih ketat, strategi untuk merebut suara di tikungan akhir sangat menentukan, misalnya Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat, . Dinamika politik di daerah-daerah itu masih dinamis sampai hari-hari terakhir,” ujar Qodari seusai rilis hasil survei dinamika pemilihan gubernur di FX Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (20/6/2018).
Indo Barometer mengeluarkan hasil simulasi surat suara di empat provinsi, yakni Jabar, Jateng, Sumut, dan Sulsel. Dari hasil survei di Jabar pada 7-13 Juni 2018, elektabilitas pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum masih unggul dari tiga pasangan lainnya dengan meraih 36,9 persen, disusul Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (30,1 persen), Sudrajat-Ahmad Syaikhu (6,1 persen), dan Hasanuddin-Anton Charliyan (5,0 persen). Sebanyak 21,9 persen responden tidak menandai surat suara. Survei ini dilakukan terhadap 1.200 responden dengan margin of error sebesar 2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
”Meski Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul menempati posisi teratas, belum mengindikasikan pasangan tersebut dapat menang dalam Pilkada Jabar. Ada 21,9 persen responden yang belum menentukan pilihan,” ungkapnya.
Sementara itu, pada survei Pilgub Jateng, elektabilitas pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin memperoleh 57,3 persen, sedangkan Sudirman Said-Ida Fauziyah 21,1 persen. Sebanyak 11,6 persen responden tidak menandai surat suara.
Di Sumut, pertarungan ketat terjadi antara pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar PH Sitorus (37,8 persen) dan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (36,9 persen). Perbedaan suara kedua pasangan itu hanya 0,9 persen. Sementara, masih ada 25,4 persen responden belum menandai surat suara.
Adapun, survei itu dilakukan pada 26 Mei-2 Juni 2018 dengan jumlah responden 800 orang. Batas margin of error 3,46 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Menurut Qodari, hal yang perlu diperhatikan adalah 25,4 persen suara yang belum menandai surat suara. ”Kunci kemenangan pasangan calon adalah mereka yang mampu mengambil hati 25,4 persen suara itu, setidaknya mereka yang belum memutuskan dan masih ragu-ragu itu,” kata Qodari.
Sementara itu, dinamika di Sulsel diprediksi masih cair. Hal itu disebabkan keempat pasang calon yang bertarung memiliki elektabilitas yang menengah dengan angka responden yang belum menandai surat suara mencapai 22,7 persen. Hasil simulasi surat suara menunjukkan, M Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman 31,8 persen, disusul Ichsan Yasin Limpo-Andi Muzakkar (20,4 persen), M Nurdin Halid-Abd Aziz Qahhar Mudzakkar (18,0 persen), dan Agus Arifin-Nu’mang Tanribali Lamo (7,1 persen).
Karena itu, menurut Qodari, perebutan suara yang mencapai 22,7 persen jadi sangat penting. ”Yang menjadi kompleks karena tidak ada calon yang unggulnya sangat telak, tidak ada calon yang sangat dominan sehingga begitu skenario surat suara yang belum menentukan suara itu bergeser ke salah satu pasangan, hasilnya bisa langsung berbeda,” ujarnya.