BANYUWANGI, Kompas Bantuan makanan instan untuk korban banjir bandang Banyuwangi terus mengalir. Namun, bantuan makanan untuk bayi dan anak balita masih minim.
Pantauan di posko utama, Balai Desa Alasmalang, Minggu (24/6/2018), ruangan yang dijadikan gudang penyimpanan logistik berukuran 2 meter x 4 meter dipenuhi mi instan, telur, beras, sarden, gula, dan minyak. Sebagian bantuan ditumpuk di luar gudang. Banjir juga terjadi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
”Saat ini bantuan sangat melimpah. Namun, 80 persen untuk konsumsi orang dewasa. Padahal, banyak juga bayi dan anak balita,” ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi Eka Muharam di Banyuwangi, Minggu.
Menurut Eka, warga membutuhkan perlengkapan bayi, seperti susu, popok, dan makanan bayi. Juga perlu pakaian, perlengkapan mandi, serta selimut, tikar, bantal, guling, kasur serta peralatan masak. ”Bantuan untuk pemulihan permukiman juga dibutuhkan, misalnya cat, batu bata, cangkul, sekop, semen, dan material bangunan lain,” ujar Eka.
Data BPBD Banyuwangi, Minggu sore, 415 rumah terdampak banjir, 23 rumah di antaranya rusak berat, 118 rumah rusak sedang, tergenang lumpur setinggi 20-100 sentimeter. Sisanya rusak ringan.
Saat ini BPBD Banyuwangi fokus membersihkan jalan utama Gambor yang juga jalur alternatif Banyuwangi-Jember. Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) diturunkan untuk memantau lapangan. Kepala Bidang Mitigasi Pergerakan Tanah PVMBG Agus Budianto menjelaskan, material banjir bandang berasal dari material vulkanik dari puncak Gunung Pendil, yang merupakan gunung api tertua di kompleks Gunung Raung.
”Material longsor merupakan bagian dari puncak mahkota di kerucut Gunung Pendil. Longsor terjadi akibat pelapukan material vulkanik,” ujarnya
Menurut Agus, saat musim kemarau terjadi retakan tanah di puncak Gunung Pendil. Di musim hujan, air masuk melalui retakan. Banyaknya air membuat tanah menjadi jenuh. Ketika curah hujan sangat tinggi, lapisan tanah mudah tergerus sehingga terjadi longsor.
Banjir di Agam
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sejak Sabtu (23/6/2018) siang hingga malam mengakibatkan banjir di Kecamatan Tanjung Mutiara. Banjir memutus jalan, merusak sawah warga, dan menggenangi dua jorong.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Agam, Wahyu Bestari, saat dihubungi dari Padang, Minggu, mengatakan, jalan yang terputus merupakan penghubung antara Jorong Cacang Randah dan Jorong Bukit Malintang, Nagari Tiku Utara, sekitar 115 kilometer utara Kota Padang.
Selain memutus jembatan, banjir menyebabkan sekitar 20 hektar sawah warga terancam gagal panen.
Akses lalu lintas pulih setelah BPBD bersama instansi terkait dan masyarakat membangun jembatan darurat menggunakan batang kelapa. Namun, hanya kendaraan roda dua yang bisa melintas.
Petugas Pusat Pengendalian dan Operasional BPBD Agam, Lukman Syahputra, menyatakan, banjir merendam dua jorong di Kecamatan Tanjung Mutiara, yakni Jorong Sungai Nibuang di Nagari Tiku Selatan dan Jorong Gasan Kaciak di Nagari Tiku Selatan. Tinggi air 15-35 sentimeter.