Kereta api masih dipadati penumpang. Karena itu, kereta tambahan diberlakukan hingga 3 Juli. Di jalan raya, kecelakaan lalu lintas dilaporkan turun drastis.
YOGYAKARTA, KOMPAS Okupansi penumpang kereta api untuk angkutan Lebaran 2018 masih tinggi. Pengawasan terus dilakukan meski Posko Angkutan Lebaran 2018 dari PT Kereta Api Indonesia akan berakhir pada 26 Juli 2018.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Edi Sukmoro, Minggu (24/6/2018), di Yogyakarta, menyatakan, hingga sepekan lebih setelah Idul Fitri, kereta api masih dipenuhi penumpang. Hingga 23 Juni 2018, PT KAI telah mengangkut 5,3 juta penumpang.
Kepala Daerah Operasi VI PT KAI Eko Purwanto mengatakan, tingkat okupansi penumpang dari Yogyakarta dan sekitarnya menuju Jakarta, Bandung, dan kota-kota di Jawa Timur tinggi. Tingkat okupansi mencapai 100 persen. ”Artinya, penumpang yang naik dan turun relatif sama. Sekarang masih cukup padat,” katanya.
Minggu sore, di Stasiun Yogyakarta, penumpang masih memenuhi stasiun. Eko memperkirakan, kepadatan masih akan terjadi setelah 26 Juli 2018, 10 hari setelah Lebaran. Karena itu, kereta api yang permintaannya tinggi akan ditambah hingga 3 Juli 2018, yakni Argolawu, Taksaka, Sancaka, dan Mataram Premium.
Edi mengatakan, Posko Angkutan Lebaran 2018 berakhir pada 26 Juli 2018. Namun, ia meminta segenap direksi tetap siaga.
Sementara itu, tarif parsial untuk beberapa kereta ekonomi jarak jauh dan sedang akan diberlakukan 1 Juli 2018. Saat ini, pemberlakuan tarif parsial masih dibahas antara PT KAI dan Kementerian Perhubungan. Tujuannya agar tercapai kesepahaman di antara kedua belah pihak.
Tarif parsial didasari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 113 Tahun 2017 tentang Angkutan Orang dengan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi untuk Melaksanakan Kewajiban Pelayanan Publik.
Kecelakaan turun drastis
Dari Surabaya dilaporkan, Operasi Ketupat Semeru 2018 untuk mengamankan arus mudik dan balik Lebaran telah memasuki hari ke-17. Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Timur, jumlah kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran di Jatim menurun hingga 49,62 persen dari tahun lalu.
Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung Mangera di Surabaya, Minggu, mengatakan, tahun lalu jumlah kecelakaan sebanyak 913 kasus dan tahun ini 460 kasus. Jumlah korban pada libur Lebaran 2018 turun sekitar 60 persen.
Perinciannya, tahun lalu korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 134 orang, tahun ini 53 orang. Kerugian materi akibat kecelakaan juga turun dari tahun lalu sebesar Rp 1,233 miliar, tahun ini Rp 768 juta.
Dirlantas Polda Jatim Kombes Heri Wahono mengatakan, tidak hanya kecelakaan lalu lintas pada Operasi Ketupat Semeru 2018 yang menurun, jumlah pelanggaran lalu lintas juga menunjukkan penurunan signifikan.
Penurunan tilang di Jatim sebesar 55 persen, yakni dari 21.971 kasus menjadi 9.866 kasus. Jumlah pelanggaran lalu lintas turun 21,34 persen dari 36.311 pelanggaran menjadi 28.561 pelanggaran.
Menurut Frans Barung, turunnya angka kecelakaan dan korban meninggal pada libur Lebaran 2018 dikarenakan tiga faktor, salah satunya semakin banyak personel Polri yang ikut mengamankan mudik. Kehadiran polisi di lapangan secara tidak langsung memengaruhi psikologi masyarakat untuk tetap aman dan nyaman.
Faktor lain, perbaikan infrastruktur jauh lebih baik sehingga semakin memudahkan pengendara ketika mudik ke kampung halaman. Yang terpenting, kesadaran masyarakat untuk menaati peraturan lalu lintas semakin tinggi.