Masyarakat diimbau selalu waspada saat melaut sebab cuaca buruk dan gelombang tinggi terus menghantui. Kapal dan perahu pun diwajibkan menyiapkan pelampung.
LINGGA, KOMPAS Cuaca buruk mengakibatkan Kapal Motor Berkat Anugerah yang membawa 13 orang dan berbagai hasil perkebunan tenggelam di perairan Pulau Dato, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, Minggu (24/6/2018) sekitar pukul 07.20 WIB. Sebanyak 12 penumpang dapat diselamatkan dan 1 orang meninggal.
Dari informasi yang dihimpun Kompas terungkap, KM Berkat Anugerah berangkat pada Sabtu (23/6) sekitar pukul 21.00 dari Nipah Panjang, Jambi, menuju Pelabuhan Bagan Piayu, Kecamatan Sei Beduk, Batam. Kapal itu bermuatan 10 ton kelapa bulat, 5 ton pisang, dan 13 orang, meliputi satu nakhoda, satu kepala kamar mesin, dua kelasi, dan sembilan penumpang.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga SAR Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Tanjung Pinang Eko Suprianto yang dihubungi dari Padang, kemarin, menyebutkan, saat tiba di perairan Pulau Dato, kapal diempas gelombang besar disertai angin kencang sehingga terbalik dan tenggelam.
Begitu mendapat informasi terkait kejadian itu dari Polisi Perairan Lingga, tim Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Tanjung Pinang yang berada di pos siaga unit Lingga langsung menuju lokasi. Proses evakuasi terhadap nakhoda dan anak buah kapal beserta penumpang lainnya dilakukan bersama tim Direktorat Polisi Air dan Udara Polda Kepri, Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut IV Tanjung Pinang, serta masyarakat.
Komandan Lantamal IV Laksamana Pertama R Eko Suyanto dalam siaran resmi mengatakan, pihaknya mengerahkan dua patroli untuk membantu pencarian dan evakuasi, yakni Patroli Keamanan Laut (Patkamla) Cempat dan Patkamla Dabo Singkep. Awalnya, 12 orang ditemukan dan 1 orang hilang. Dari 12 orang itu, 1 orang tewas. Setelah dilakukan pencarian, penumpang yang hilang ditemukan selamat. Semua penumpang yang selamat dan tewas diangkut dengan Kapal MV Ociana 10 yang kebetulan sedang melintas di kawasan itu menuju Tanjung Kelit untuk mendapat penanganan.
Korban selamat adalah nakhoda Arif (58) dan anak buah kapal, yaitu Adi (28), Saril (55), dan Syaiful Rahman (15). Sementara penumpang selamat adalah Andi Hasbih (13), Jumadi (21), Andri Rosmawati (38), Amat (5), Sarbini (55), Selamat Santoso (17), Nude (70), dan Andre (30). Adapun korban tewas adalah Eri (45) asal Batam.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, masyarakat diimbau berhati-hati saat melaut dan memperhatikan perkiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). ”Kami juga meminta mereka tetap menyediakan pelampung dan sejenisnya. Jika ada kejadian serupa, peralatan itu penting untuk menolong mereka sementara bantuan datang,” kata Eko.
Belum ditemukan
Sementara itu, Ramon (23), korban yang tenggelam di Telaga Tambing di Taman Nasional (TN) Lore Lindu, hingga Senin kemarin belum ditemukan. Korban tenggelam saat menggunakan rakit di telaga pada Minggu.
Kepala Badan Search and Rescue Nasional Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Basarno mengatakan, tim belum menemukan tanda-tanda korban berada. ”Regu pencarian sudah menyisir permukaan telaga dan menyelam ke dasar sungai di lokasi diduga tenggelamnya korban, tetapi korban belum ditemukan,” ujarnya di Palu, Sulteng.
Ramon yang berasal dari Kabupaten Sigi menggunakan rakit menyusur bagian barat telaga pada Minggu. Saat berada di tengah telaga, ia terjatuh dan langsung hilang. Pengunjung lain tak berani menyelamatkan korban. Ia berkunjung dengan rombongan.
Basarno mengatakan, tim pencarian melibatkan12 personel Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, petugas TN Lore Lindu, dan anggota Polri-TNI setempat. Operasi berlangsung dalam tujuh hari ke depan.
Telaga Tambing di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, berjarak sekitar 95 kilometer dari Palu, ibu kota Sulteng, memiliki luas 1,5 hektar. Telaga yang berada di dataran tinggi itu berwarna kecoklatan karena endapan material di dasar sungai berupa dedaunan, kayu, dan lumpur. Telaga dikelilingi hutan lebat bagian dari TN Lore Lindu. Telaga itu menjadi tempat wisata yang dikelola Balai Besar TN Lore Lindu. Pengunjung ke telaga terutama untuk berkemah di pinggirnya.
Kepala Bidang Teknis Konservasi Balai Besar TN Lore Lindu Dedy Asriady mengatakan kasus ini menjadi pelajaran mahal. ”Ada larangan dan teguran dari petugas untuk tidak bermain di telaga, tetapi pengunjung tetap saja abai,” katanya.