SAMOSIR, KOMPAS Tim SAR gabungan belum bisa mengangkat benda yang diduga Kapal Motor Sinar Bangun yang berada di Danau Toba di kedalaman 490 meter. Dalam pencarian hari kesembilan, Selasa (26/6/2018), delapan kapal dikerahkan untuk mencari bangkai kapal menggunakan jangkar di sekitar benda yang diduga KM Sinar Bangun, tetapi belum ada hasil.
”Kami sudah mendatangkan pukat harimau dari Medan dan Sibolga. Kami juga mendatangkan remotely operated vehicles (ROV), yakni robot yang dapat mengambil gambar di bawah air hingga kedalaman 1.000 meter,” kata Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Muhammad Syaugi di Pelabuhan Tigaras.
Syaugi mengatakan, tim SAR gabungan menurunkan delapan kapal untuk melakukan penyisiran dengan jangkar. Mereka membuat jangkar khusus yang punya panjang sekitar 3 meter dengan banyak pengait di sepanjang jangkar.
Pantauan Kompas, kapal-kapal yang membawa jangkar bergerak dari Pelabuhan Tigaras dan Pelabuhan Simanindo sejak pukul 07.00. Setelah berada di sekitar benda diduga KM Sinar Bangun, mereka menurunkan jangkar yang telah diikat dengan tali hingga ke dasar danau.
Setelah jangkar sampai ke dasar danau, kapal bergerak menyisir lokasi. Jika jangkar tersangkut, 8-10 anggota tim SAR gabungan yang berada di setiap kapal menarik jangkar kuat-kuat. Namun, saat ditarik, jangkar terlepas. Petugas tidak bisa memastikan benda apa yang membuat jangkar tersangkut.
Melakukan penyisiran
Tim SAR gabungan juga masih melakukan penyisiran dengan alat pendeteksi bawah air, yakni multibeam echosounder yang dapat mendeteksi hingga kedalaman 2.000 meter dan multibeam side scan sonar. Namun, alat itu hanya mendapatkan citra benda, tanpa bisa memastikan apakah benda itu KM Sinar Bangun.
Karena itu, mereka mendatangkan ROV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dari Jakarta. Alat tersebut mempunyai kamera yang dapat merekam gambar di bawah air hingga kedalaman 1.000 meter.
Petugas juga terus melakukan pencarian di permukaan air dengan perahu karet hingga radius 40 kilometer dari lokasi tenggelamnya kapal. Selain itu, tim darat dengan berjalan kaki menyisir tepi danau di sekitar Pelabuhan Tigaras.
Bupati Simalungun JR Saragih mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan PT Japfa Comfeed Indonesia menurunkan satu helikopter untuk melakukan pencarian di permukaan air.
”Kami juga mengajak beberapa keluarga korban naik helikopter untuk melihat bagaimana petugas berusaha keras mencari korban,” katanya.
Dalam dua hari terakhir, pencarian dengan sejumlah kapal kayu dan feri dikoordinasi langsung Basarnas. Berdasarkan pantauan, tiga kapal kayu dan dua feri bertolak dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir, pada pukul 10.15. Jangkar dan tali sepanjang 600 meter dibawa setiap kapal.
Kepala Subdirektorat Pengerahan Potensi dan Pengendalian Operasi Basarnas Agus Haryono mengatakan, meski alat pendeteksi telah dibawa, hasilnya belum signifikan.
”Arus di bawah yang kencang membuat jangkar sulit menyentuh benda terduga bangkai kapal,” ujar Agus.
Memberikan santunan
Dalam siaran persnya, Direktur Utama PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja Budi Rahardjo Slamet mengatakan, PT Jasa Raharja telah memberikan santunan kepada tiga korban KM Sinar Bangun yang meninggal sebesar Rp 50 juta per orang.
Pihaknya juga memberikan jaminan perawatan kepada korban selamat yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Pematang Siantar, Simalungun, dan Samosir dengan biaya perawatan maksimal Rp 20 juta.
”Setelah ada keputusan resmi dari instansi yang berwenang bahwa para korban dinyatakan hilang, Jasa Raharja segera menyelesaikan santunan kepada ahli waris sesuai ketentuan berlaku,” kata Budi. (NSA/DIT/*)