SUKA MAKMUR, KOMPAS Harga tandan buah segar kelapa sawit di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, dalam sebulan terakhir anjlok. Harga sawit yang tidak stabil membuat petani merugi.
Informasi yang dihimpun Kompas dari sejumlah petani dan agen di Nagan Raya, saat ini harga tandan buah segar (TBS) di tingkat pabrik berkisar Rp 980- Rp 1.040 per kilogram. Harga itu turun tajam dibandingkan pada Maret sekitar Rp 1.400 per kg.
Muhammad Saman, petani sawit di Alue Rambot, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, mengatakan, pada Mei hingga awal Juni, harga TBS turun menjadi Rp 1.150 per kg. Harga kembali turun setelah Lebaran 2018 menjadi Rp 1.040 per kg. ”Tadinya kami berharap seusai Lebaran harga akan naik, malah justru turun. Jelang Lebaran memang harga sering kali turun, tetapi tahun ini sangat terasa, harganya jatuh. Kami tidak tahu mengapa pabrik menurunkan harga sesuka mereka,” ujar Muhammad.
Anehnya, lanjut Muhammad, saat harga TBS jatuh di Nagan Raya, di kabupaten lain tetap stabil. Dia menduga ada permainan harga di tingkat pabrik.
Menurut Muhammad, turunnya harga TBS membuat petani rugi. ”Kami harus bayar ongkos dodos, angkut, beli pupuk, dan perawatan. Dengan harga seperti sekarang, petani rugi. Kami ingin harga stabil, paling tidak minimal Rp 1.500 per kg,” katanya.
Petani terpaksa menjual sawit meskipun harga rendah karena sumber pendapatan utama. ”Kami butuh uang untuk biaya hidup, terpaksa kami jual walau murah,” kata Muhammad. Diakui, petani sawit di Nagan Raya tidak memiliki nilai tawar atas kelapa sawitnya.
Ketika harga di tingkat pabrik anjlok, harga di tingkat pengumpul/agen juga turun. Simis, agen sawit di Desa Gagak, Kecamatan Alue Bili, Nagan Raya, mengatakan, turunnya harga TBS di pabrik tak hanya merugikan petani, tetapi juga pengumpul/agen. Saat ini harga di tingkat agen sekitar Rp 840 per kg. Pengumpul membeli dari petani lebih murah lagi.
Harga yang tidak stabil juga membuat agen merasa waswas sebab harga jual ke pabrik bisa saja tiba-tiba lebih rendah dari harga dari petani. ”Seharusnya ada patokan harga atau dikasih tahu beberapa hari sebelumnya jika harga akan turun. Jangan suka-suka mereka (pabrik) menentukan harga,” ujar Simis.
Nagan Raya merupakan salah satu sentra penghasil kelapa sawit di Aceh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Aceh tahun 2016, luas perkebunan sawit di Nagan Raya 44.496 hektar dengan produksi 80.279 ton per tahun. Luas perkebunan sawit di Aceh 421.820 hektar dengan produksi 385.175 ton per tahun.
Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia Aceh Sabri Basyah, sebenarnya harga acuan TBS di tingkat provinsi sudah ada, tetapi belum sepenuhnya diterapkan pabrik. Di lapangan, hukum pasar masih mengatur harga. Biasanya panen melimpah, harga TBS turun, dan panenan sedikit, harga tinggi. ”Patokan harga yang dibuat selama ini belum dibarengi dengan pengawasan,” ujarnya. (AIN)