Bandara Jember Ditutup, Penerbangan Menuju Banyuwangi Terganggu
Oleh
Angger Putranto
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Otoritas Bandara Notohadinegoro, Jember, menutup bandara akibat sebaran abu hasil letusan Gunung Agung di Bali. Abu Gunung Agung juga mengganggu penerbangan dari dan menuju Bandara Banyuwangi, Jumat (29/6/2018).
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bandara Notohadinegoro Edy Purnomo ketika dihubungi dari Banyuwangi, Jumat (29/6/2018). ”Sejak pukul 09.30 bandara kami tutup karena dampak sebaran abu yang mulai mengganggu penerbangan,” ujarnya.
Edy mengatakan, ada empat penerbangan yang terganggu akibat penutupan bandara. Keempat penerbangan tersebut ialah penerbangan Garuda dan penerbangan Wings. Keduanya rute Surabaya-Jember untuk pergi-pulang.
Hal senada juga terjadi di Banyuwangi. Hingga pukul 10.30, Bandara Banyuwangi masih membuka layanan penerbangan. Kendati demikian, dua penerbangan yang menuju ke Banyuwangi terganggu.
”Penerbangan Garuda Surabaya-Banyuwangi harus RTB (return to base) kembali ke Surabaya. Sementara penerbangan Citilink Jakarta-Banyuwangi dibatalkan,” ujar Asisten Manajemen of Maintenance Facility Angkasa Pura II di Banyuwangi Andry Lesmana.
Pagi tadi hanya pesawat NAM Air rute Jakarta-Banyuwangi yang mendarat di Bandara Banyuwangi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengeluarkan rekomendasi berupa Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) Oranye bagi penerbangan di sekitar Gunung Agung.
Dalam suatu kesempatan, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Devy Kamil Syahbana menjelaskan, Vona adalah indeks level penerbangan yang berkaitan dengan sebaran abu vulkanik di udara. Dalam kondisi seperti ini, informasi dan rekomendasi VONA dari PVMBG sangat diperlukan bagi dunia penerbangan.
”Abu vulkanik sangat halus dan berpotensi tersedot mesin pesawat. Abu yang panas itu bisa menyatu dan melapisi turbin pesawat. Kondisi ini tentu berbahaya bagi pesawat sehingga kami perlu menginformasikan potensi semburan abu,” ujarnya.
Tingkatan VONA terdiri atas empat level, yaitu Hijau, Kuning, Oranye, dan Merah. Level Hijau menunjukkan belum ada aktivitas vulkanik. Level Kuning menunjukkan mulai munculnya aktivitas vulkanik. Level Oranye menunjukkan potensi besar terjadi erupsi, dan level Merah menunjukkan terjadi erupsi.