Yogyakarta Kembali sebagai Ingatan Kolektif Nasional
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Peristiwa Yogyakarta Kembali hendaknya jangan diingat dalam konteks yang lokal saja, tetapi juga nasional. Peristiwa itu merupakan salah satu penanda penting dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Djoko Suryo mengatakan, peristiwa itu merupakan memori kolektif yang penting untuk diingat dalam penegakan Republik Indonesia. Yogyakarta menjadi salah satu tempat yang menjadi tonggak sejarah nasional.
”Peristiwa ini jadi episode sejarah bangsa Indonesia. Tidak hanya bagi Yogyakarta, tetapi juga bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini memori kolektif yang penting dalam penegakan Republik Indonesia,” ujar Djoko dalam acara Malam Tirakatan Djokja Kembali di Kepatihan, Yogyakarta, Jumat (29/6/2018).
Peristiwa Yogyakarta Kembali itu terjadi pada 29 Juni 1949. Pada waktu itu, tentara-tentara Belanda ditarik mundur dari Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota republik. Peristiwa penarikan tentara itu diakhiri dengan proklamasi yang dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono IX, dengan mengatasnamakan Presiden Indonesia. Hal itu bertujuan untuk menegaskan bahwa Indonesia masih menjadi negara yang berdaulat agar mendapat pengakuan di kalangan internasional.
Djoko menyatakan, proklamasi itu merupakan yang kali kedua setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Ia menilai, sikap Sultan Hamengku Buwono IX untuk menyatakan kedaulatan Indonesia di mata internasional dapat dilihat sebagai komitmen darinya untuk mendukung berdirinya Indonesia. Yogyakarta ambil bagian dalam sejarah nasional Indonesia.
Staf Khusus Hamengku Buwono IX, Hari Dendi, mengatakan, peristiwa proklamasi kedua itu tidak terlalu dikenal publik secara luas. Padahal, peristiwa itu secara simbolik menjadi penanda ditariknya tentara Belanda dari Indonesia, sekaligus pengakuan Indonesia sebagai negara yang berdaulat secara internasional.
Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, putri Sultan Hamengku Buwono X, yang hadir dalam acara itu, menyampaikan, pengingatan kembali tentang sejarah apa saja yang pernah ada di suatu daerah menjadi penting. Tujuannya agar masyarakat, terlebih generasi muda, mampu mengetahui akar dan asal-usulnya sebagai satu kesatuan bangsa. ”Ini perlunya kita bersama-sama untuk saling mengisi dan mendukung satu sama lain demi Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Hari menyatakan, cara penyampaiannya pun dibuat sesederhana mungkin. Malam itu, penelusuran sejarah tentang peristiwa Yogyakarta Kembali tidak hanya dilakukan dengan diskusi, tetapi juga aksi teatrikal, wayang, dan musikal berbalut nuansa kebangsaan serta menonton film dokumenter tentang peristiwa bersejarah tersebut.
”Ini agar orang-orang tertarik untuk mengetahui tentang sejarah. Hal-hal seperti ini harus ditransfer ke masyarakat dengan cara semenarik mungkin agar tidak dilupakan,” kata Hari.