PONTIANAK, KOMPAS — Seekor orangutan jantan dewasa masuk ke perkebunan warga di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Orangutan itu lari dari habitatnya diduga karena habitatnya sudah tidak layak akibat alih fungsi lahan sehingga kehabisan makanan.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat Sadtata Noor Adirahmanta dalam jumpa pers, Senin (2/7/2018), mengatakan, pada Minggu (1/7/2018) sekitar pukul 10.00 call centre BKSDA Kalbar mendapat informasi kemunculan orangutan di Desa Parit Yakob, Kecamatan Wajok Hilir, Kabupaten Mempawah. Tim BKSDA Kalbar menuju ke lokasi untuk mengevakuasi orangutan itu.
”Berdasarkan keterangan warga, orangutan itu telah berkeliaran selama tiga hari di kebun milik salah satu warga. Orangutan itu telah memakan tanaman di kebun warga. Kebun itu berjarak sekitar 2 kilometer dari permukiman warga,” kata Sadtata.
Warga berusaha menangkap orangutan itu dengan menggunakan tali. Saat dilakukan penangkapan oleh warga, orangutan tersebut sedang turun dari pohon. Orangutan ditangkap warga dengan diikat kemudian membawanya menuju permukiman dengan pengawalan tim Kepolisian Sektor Siantan. Selain itu, warga melaporkan kejadian tersebut kepada BKSDA Kalbar. Saat Tim BKSDA Kalbar sampai di lokasi, orangutan itu langsung diperiksa kesehatannya dan dinyatakan sehat.
Kepala BKSDA Kalbar sebagai pembina Wildlife Rescue Unit BKSDA Kalbar mengapresiasi atas reaksi positif warga dan instansi terkait untuk usaha penyelamatan satwa liar tersebut. Usaha penyelamatan satwa oleh masyarakat, pemerintah daerah setempat, dan kepolisian dapat berlangsung efektif sehingga orangutan dapat diselamatkan.
”Selanjutnya orangutan tersebut ditempatkan di kandang sementara di kantor BKSDA Kalbar. Pada Senin (2/7/2018) malam dititipkan untuk dirawat di Sintang Orangutan Center (SOC) guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kesehatan satwa tersebut. Bilamana memungkinkan akan dilepasliarkan ke habitat alami secepatnya mengingat satwa tersebut masih memiliki sifat liar,” kata Sadtata.
Orangutan itu dibawa ke Sintang pada Senin malam. Pertimbangannya, jika dibawa pada siang hari, orangutan itu akan sangat terganggu dengan suara bising dan cahaya matahari. Ia akan stres dan membahayakan kesehatannya. Apalagi, orangutan itu masih liar.
BKSDA Kalbar bersama beberapa pihak dalam waktu dekat akan melakukan identifikasi guna memastikan masih ada tidaknya orangutan di daerah tersebut. Selain itu, menyosialisasikan kepada masyarakat terkait penanganannya bila menjumpai orangutan.
Apabila memungkinkan, akan dilakukan upaya relokasi untuk menjamin keselamatan orangutan tersebut. Dalam jangka menengah dan jangka panjang BKSDA bersama para pihak bersepakat akan melakukan survei dan kajian menyeluruh di area tersebut sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan di level yang lebih tinggi.
Syamsuri dari Forum Konservasi Orangutan Kalbar mengatakan, orangutan itu keluar dari habitatnya karena kondisi habitatnya sudah rusak. Di habitat orangutan itu sudah mengalami alih fungsi hutan menjadi perkebunan dan HTI oleh korporasi.
”Tempat hidupnya sudah rusak. Perkebunan sawit dan HTI beberapa tahun terakhir di bentang alam Peniraman, Kabupaten Mempawah dan Kubu Padi, Kabupaten Kubu Raya, sudah marak oleh izin. Padahal, di bentang alam itu diperkirakan masih ada enam hingga delapanorangutan,” ujar Syamsuri.
Pihaknya akan melihat lagi kondisi habitat orangutan di bentang alam Peniraman dan Kubu Padi. Jika habitat mereka sudah sangat mengancam kelangsungan hidup mereka, kemungkinan orangutan di daerah itu akan direlokasi.
Orangutan penting fungsinya sebagai penyebar benih. Biji buah yang dikonsumsi orangutan tidak hancur sehingga di setiap tempat ia pergi biji yang dikonsumsinya akan tersebar lagi bersama kotoran. Biji itu akan tumbuh sehingga mengembalikan tutupan hutan.