BANYUWANGI, KOMPAS PT Industri Kereta Api segera mendirikan pabrik keduanya di lahan milik PT Perkebunan Nusantara XII di Banyuwangi. Pembangunan pabrik kereta ini diharapkan dapat membuat Indonesia menguasai pasar industri transportasi internasional bersaing dengan China.
Pabrik kedua PT Industri Kereta Api (Inka) tersebut akan dibangun di lahan seluas 83 hektar di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Lahan tersebut hingga saat ini masih difungsikan sebagai lahan perkebunan tebu.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno optimistis pembangunan pabrik kereta tersebut dapat membuat Indonesia menguasai pasar industri transportasi menyaingi China. Hal itu ia sampaikan ketika berkunjung ke Banyuwangi, Minggu (1/7/2018).
”Saya yakin pembangunan pabrik dapat semakin menguatkan posisi Indonesia di sejumlah negara berkembang. Beberapa negara yang berpotensi disasar misalnya pasar Asia Tenggara, bahkan Asia Timur hingga Afrika,” ujarnya.
Rini berharap keberadaan pabrik kereta api di Banyuwangi dapat turut mengangkat perekonomian di Banyuwangi. Karena itu, ia berharap SMK di Banyuwangi juga turut menyiapkan anak-anak didiknya untuk bekerja di pabrik modern itu.
Total nilai investasi yang akan ditanamkan di proyek tersebut mencapai Rp 1,3 triliun. Namun, untuk tahap pertama dibutuhkan dana sekitar Rp 600 juta yang akan diambil dari keuangan internal Inka.
”Untuk memenuhi keseluruhan investasi, kami tidak akan menggunakan penanaman modal negara. Ada beberapa hal yang dimungkinkan, antara lain melakukan sinergi antar-BUMN atau menggandeng investor asing,” ungkap Rini.
Investor Jerman
Salah satu investor yang diharapkan dapat turut serta berinvestasi ialah perusahaan manufaktur asal Jerman, Siemens AG. Saat ini Siemens AG gencar dikabarkan ingin memindahkan usaha ke ASEAN.
Pabrik baru Inka yang modern itu akan memproduksi sarana kereta api berbasis aluminium dan stainless steel. Proses pembangunan tahap pertama direncanakan mulai akhir 2018 dan dapat mulai beroperasi awal 2020.
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia PT Inka Mohamad Nur Shodiq mengatakan, pembangunan pabrik baru ini sejalan dengan momentum Inka yang sedang mengembangkan pasar ekspor sebab kebutuhan untuk pasar domestik sudah dipenuhi. ”Pasar ekspor, terutama ke negara-negara ASEAN, masih sangat terbuka. Kepercayaan negara-negara ASEAN terhadap kereta produksi Inka cukup tinggi. Sebagian besar negara ASEAN telah menggunakan produk dari Inka,” tutur Shodiq.
Khusus untuk pasar ekspor, tahun ini Inka memproduksi 250 kereta untuk Bangladesh dan 2 rangkaian kereta rel diesel untuk Filipina. Tak hanya itu, Inka juga mendapat proyek pembuatan kereta penumpang untuk Sri Lanka dengan total nilai ekspor mencapai Rp 600 miliar.
Shodiq mengatakan, keberadaan pabrik Inka II di Banyuwangi akan melengkapi pabrik Inka I di Madiun. Selama ini kapasitas produksi maksimal Inka I di Madiun dua kereta per hari.