SURABAYA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian menggandeng dua perusahaan teknologi, Go-Jek dan Google, untuk meningkatkan akses pasar dan kemampuan para pelaku usaha kecil. Penggunaan teknologi digital diperlukan agar bisa menyesuaikan perkembangan zaman.
”Pengembangan industri kecil menengah (IKM) dengan platform digital merupakan respons pemerintah untuk mengantisipasi perkembangan e-dagang sehingga harus update dengan penggunaan teknologi,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih seusai lokakarya e-Smart IKM, Selasa (3/7/2018), di Surabaya.
Kemenperin, kata Gati, membantu para pelaku IKM untuk menggunakan teknologi agar bisa memperluas pasar sekaligus meningkatkan kemampuannya melalui program e-Smart IKM. Sejak dilakukan pada 2017, sudah ada 2.600 pelaku IKM yang difasilitasi masuk dalam e-dagang. Ditargetkan hingga 2018 ada 4.000 IKM yang menggunakan teknologi digital agar bisa menjawab tantangan perubahan pasar.
Pada tahun ini, pihaknya menambah dua perusahaan teknologi untuk mengembangkan IKM di Indonesia. Keduanya adalah Go-Jek dan Google. Dua perusahaan teknologi itu menambah deretan perusahaan teknologi yang digandeng Kemenperin setelah portal e-dagang Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, dan Blanja.com.
Bersama Go-Jek, pelaku IKM diharapkan bisa memperluas pasar menggunakan fasilitas yang dimiliki perusahaan itu, seperti Go-Food, Go-Shop, Go-Mart, dan Go-Send. Dengan penggunaan fasilitas itu, produk yang dihasilkan pelaku IKM bisa merambah pasar yang lebih luas karena dijual secara daring. ”Pelaku IKM juga akan mendapatkan pelatihan dagang dari Google,” katanya.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Google dan Temasek, potensi pasar e-dagang di Indonesia pada 2025 mencapai 46 miliar dollar AS atau sekitar 52 persen dari potensi pasar e-dagang di Asia Tenggara yang mencapai 88 miliar dollar AS. Peluang ini perlu direspons cepat oleh pelaku usaha nasional, khususnya sektor IKM, untuk memperluas akses pasar dan bisnis daring. Jangan sampai barang yang beredar di Indonesia berasal dari luar negeri karena penjualan e-dagang tidak mengenal batas negara.
Kepala Dinas Perdagangan Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan, pelaku usaha di Surabaya sudah diarahkan menggunakan teknologi dalam pemasaran. Surabaya sudah menggandeng Google dan Bukalapak untuk memberikan pelatihan dan tempat berdagang secara daring. ”Beberapa pelaku IKM bahkan mendapatkan pelanggan yang lebih besar dari e-dagang dibandingkan dengan berjualan secara langsung dengan membuka toko,” katanya.
Para pelaku IKM itu diwadahi dalam program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda. Selain mendapatkan pelatihan berdagang, mereka juga difasilitasi dalam mengurus izin perdagangan. Pelatihan dilakukan dua kali dalam seminggu sejak program itu diciptakan pada 2010.