Belasan karikatur bergambar wajah karikaturis GM Sudarta berderet di halaman Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa (3/7/2018) pagi. Karikatur-karikatur itu merupakan karya kartunis dari sejumlah kota di Indonesia yang khusus dibuat untuk menghormati Sudarta yang meninggal beberapa hari sebelumnya.
Inisiatif membuat karikatur-karikatur itu datang dari Paguyuban Kartunis Yogyakarta (Pakyo). ”Pakyo sebagai paguyuban kartunis tertua di Indonesia merasa ikut berduka cita atas meninggalnya Mas GM Sudarta,” kata Ketua Pakyo Agus Jumianto saat ditanya tentang alasan pembuatan karikatur-karikatur tersebut.
Sudarta merupakan pengisi tetap karikatur di harian Kompas yang dikenal lewat tokoh ciptaannya bernama Oom Pasikom. Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 20 September 1945, itu bergabung dengan Kompas sejak tahun 1967. Pada Sabtu (30/6) sekitar pukul 08.25, Sudarta meninggal pada usia 73 tahun di Bogor, Jawa Barat.
Jenazah sang seniman kemudian dikremasi, lalu diterbangkan ke Yogyakarta untuk disemayamkan di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY). Pada Senin malam sekitar pukul 20.00, abu jenazah GM Sudarta tiba di BBY.
Untuk menghormati sekaligus mendoakan Sudarta, sejumlah seniman Yogyakarta kemudian berinisiatif menggelar acara Doa Seni Melepas ”Oom Pasikom” GM Sudarta di BBY pada Selasa pagi. Acara itu diisi dengan berbagai kegiatan kesenian, termasuk pameran karikatur bergambar wajah GM Sudarta yang diinisiasi oleh Pakyo.
”Ide membuat karikatur-karikatur itu muncul mendadak setelah ada kabar abu jenazah Mas GM dibawa ke Yogyakarta,” kata Agus. Dia menambahkan, Pakyo berhasil mengumpulkan 12 karikatur karya kartunis dari sejumlah kota di Indonesia, misalnya Yogyakarta, Jakarta, Semarang, Bandung, dan Aceh. Selain itu, satu karikatur karya Sudarta juga turut ditampilkan sehingga total ada 13 karikatur yang dipamerkan.
”Kami menganggap Mas GM sebagai seorang maestro. Dia juga seorang mentor bagi kartunis-kartunis muda dan Mas GM itu enggak pernah berhenti mendorong teman-teman kartunis, terutama yang muda-muda,” ujar Agus.
Selain pameran karikatur, acara Doa Seni Melepas ”Oom Pasikom” GM Sudarta juga diisi dengan kolaborasi melukis yang diikuti oleh sejumlah seniman. Kolaborasi diinisiasi oleh pelukis Totok Buchori yang membuat lukisan realis bergambar wajah Sudarta. Para seniman yang hadir di acara itu lalu diminta merespons lukisan tersebut dengan menambahkan gambar-gambar baru.
Pelukis senior Djoko Pekik, yang diberi kesempatan pertama untuk merespons lukisan Totok, memilih menggambar sosok Oom Pasikom, tokoh karikatur ciptaan GM Sudarta. Pekik menggambar sosok Oom Pasikom yang memakai topi pet khasnya, tepat di samping wajah GM Sudarta.
Setelah itu, para pelukis lain pun menambahkan gambar-gambar baru di kanvas tersebut. Ada yang menggambarkan simbol hati berwarna merah sebagai perlambang cinta kasih, ada pula yang menggambarkan burung kakaktua, binatang yang dulu pernah dipelihara Sudarta.
Totok menuturkan, acara kolaborasi melukis itu digelar untuk menghormati sosok Sudarta yang semasa hidup juga dikenal sebagai pelukis. ”Karena beliau (Sudarta) juga seorang pelukis, beberapa pelukis diminta berkolaborasi melukis bersama-sama untuk mengantarkan beliau,” katanya.
Lagu, puisi, pantomim
Penghormatan kepada GM Sudarta tak hanya diwujudkan melalui karikatur dan lukisan, tetapi juga lewat lagu, puisi, dan pertunjukan pantomim.
Dalam acara Doa Seni Melepas ”Oom Pasikom” GM Sudarta, musisi Rimawan Ardono dari komunitas Kopi Nogo membawakan lagu ciptaannya berjudul ”Kasih Tuhan Terindah”. Di sela-sela lagu itu, perempuan aktivis Ami Simatupang membacakan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul ”Derai-derai Cemara”.
Sementara itu, menjelang akhir acara, seniman Ende Riza menampilkan pantomim singkat yang menggambarkan seekor burung yang terbang bebas ke angkasa.
”Burung yang terbang itu merupakan simbol seorang seniman yang bebas dan merdeka. Beliau (GM Sudarta) ini, kan, seniman besar yang memberi inspirasi bahwa seorang seniman bebas berekspresi,” tuturnya.
Budayawan Sindhunata menuturkan, acara Doa Seni Melepas ”Oom Pasikom” GM Sudarta merupakan cara para seniman untuk mendoakan dan menghormati kiprah Sudarta. Dia menambahkan, sebagai seorang seniman, GM Sudarta telah meninggalkan banyak karya yang berpengaruh bagi banyak pihak. ”Inilah cara kami melepas Mas GM,” ucapnya.
Setelah acara Doa Seni Melepas ”Oom Pasikom” GM Sudarta rampung digelar, abu jenazah Sudarta kemudian dibawa ke Kompleks Makam Seniman Budayawan Giri Sapto di Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada Selasa siang, dengan diantar keluarga dan teman-temannya, abu jenazah sang karikaturis legendaris itu dikuburkan di kompleks makam tersebut.