Indonesia Jadi Contoh Dunia dalam Penanganan Terorisme
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Indonesia dinilai bisa memberikan teladan bagi dunia dalam menangani terorisme dan paham radikalisme. Pemerintah tidak bisa efektif melawan paham radikalisme dan terorisme dengan hanya mengandalkan hukuman atau hard power bagi pelakunya. Pemerintah harus menunjukkan opsi lain melalui edukasi bahwa ada pilihan kehidupan yang lebih baik melalui pendekatan soft power.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda Stephanus Abraham Blok saat mengunjungi Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) yang didirikan eks kombatan Ustaz Ali Fauzi di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu (4/7/2018). Di Tenggulun, Step Blok didampingi Duta Besar Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol, mendapatkan jamuan makan siang sederhana bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius.
Step Blok ingin melihat dari dekat apa yang sudah dicapai YLP. Ia tertarik dengan apa yang dikerjakan YLP bersama mereka yang memiliki masa lalu terkait terorisme. ”Ini sangat mengesankan. Seumur-umur saya belum pernah berjabat tangan dengan begitu banyak eks teroris,” katanya.
Menurut Step Blok, Indonesia punya banyak pengalaman terkait serangan teroris, tetapi di sisi lain juga berpengalaman dalam program deradikalisasi. Di Belanda juga ada beberapa warga yang bergabung dengan Daesh (ISIS) dan sudah kembali ke negaranya.
Edukasi untuk generasi muda juga penting agar tidak terseret mengikuti paham ekstrem.
Step menambahkan, mereka itu tentu harus dihukum sesuai undang-undang yang berlaku. Upaya hukum harus diiringi edukasi agar mereka tidak kembali ke paham radikal dan menyebarkannya. ”Edukasi untuk generasi muda juga penting agar tidak terseret mengikuti paham ekstrem,” katanya.
Step Blok menilai Indonesia merupakan negara Muslim terbesar dengan pandangan moderat yang mampu bekerja sama dengan agama lain. ”Pelajaran dan pengalaman yang didapat dari Lamongan akan kami bawa ke Belanda sebagai pelajaran untuk masa masa depan yang lebih baik bagi semuanya,” katanya.
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Suhardi Alius mengatakan, Badan Antiteroris Belanda belum lama ini mengunjungi fasilitas BNPT di Sumatera Utara. Pihaknya juga punya visi untuk tidak memarjinalkan teroris.
”Begitu teroris menjadi narapidana, penanganannya langsung diambil alih BNPT, termasuk keluarga mereka menjadi tanggungan dan diurus BNPT. Itu merupakan bagian dari upaya deradikalisasi,” kata Suhardi.
Ketua YLP Ali Fauzi menyatakan, YLP merupakan ikhtiar agar eks narapidana terorisme dan mantan kombatan tidak dikucilkan. Mereka dan keluarganya juga berhak atas penghidupan layak. Oleh karena itu, YLP memfasilitasi ketrampilan dan unit usaha agar mereka punya penghasilan.
Menurut Ali, yang terpenting, YLP siap menampung eks napiter dan mantan kombatan agar bisa hidup normal bersama-sama di tengah masyarakat. ”Kami juga menyiapkan kontranarasi terkait terorisme untuk membendung penyebaran paham radikal dan terorisme lewat dunia maya. Terorisme dan radikalisme itu nyata adanya, bukan rekayasa. Akar persoalannya kompleks,” kata mantan Panglima Perang Jemaah Islamiyah di Mindanao, Filipina, itu.