LAMONGAN, KOMPAS — Empat dari 224 waduk (bendungan) di Indonesia sudah beroperasi lebih dari 100 tahun. Di antara waduk yang sudah mencapai satu abad itu adalah Waduk Prijetan dan Waduk Sentir di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, serta Waduk Kedung Uling di Wonogiri, Jawa Tengah.
Sekretaris Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) M Arsadi, Rabu (4/7/2018), menjelaskan tentang Waduk Prijetan di Desa Mlati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Luas Waduk Prijetan mencapai 23,67 hektar dan mampu menampung 7,299 juta meter kubik air serta mengairi 4.513 hektar sawah.
”Waduk tersebut dibangun pada tahun 1910-1916 dan mulai beroperasi pada 1917,” kata Arsadi saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Belanda Stephanus Abraham Blok di Waduk Prijetan.
Waduk Prijetan termasuk istimewa, selain bernilai sejarah, salah satu insinyur yang turut andil membangunnya adalah Meyr JF A Dligor yang merupakan kakek dari Menlu Belanda. Stephanus Abraham Blok pun menyempatkan berziarah ke makam kakek buyutnya di kompleks Waduk Prijetan.
Pria yang akrab disapa Step Blok itu menyebutkan, Pemerintah Belanda akan menyediakan beasiswa bagi masyarakat Indonesia untuk belajar di Belanda, khususnya terkait sumber daya air. Kakek buyutnya dulu bekerja sebagai insinyur pembangunan Waduk Prijetan.
Ini juga menunjukkan bahwa masa lalu dan masa sekarang bisa bersatu untuk bersama-sama mewujudkan masa depan yang cerah.
Hal itu menunjukkan hubungan erat antara keluarga dan masyarakat Belanda dengan keluarga dan masyarakat Indonesia serta antara Pemerintah Belanda dan Indonesia. ”Ini juga menunjukkan bahwa masa lalu dan masa sekarang bisa bersatu untuk bersama-sama mewujudkan masa depan yang cerah,” ucap Step Blok.
Ia merasa senang bisa berkunjung ke Indonesia, terlebih ke makam dan bangunan bersejarah yang juga ada andil leluhurnya. Ia melihat dalam perjalanan menuju Prijetan ada pembangunan saluran air dan lainnya.
”Saya harap, ini bukan kunjungan pertama saya. Semoga nanti ada kunjungan berikutnya dan saya ingin lebih banyak melihat pembangunan di Indonesia,” ucap Sep Blok.
Sedimentasi
Bupati Lamongan Fadeli menyebutkan, kapasitas awal Waduk Prijetan mencapai 12 juta meter kubik. Namun, akibat sedimentasi, kapasitasnya menurun menjadi 9,7 juta meter kubik. Bahkan, berdasarkan Direktorat Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo per 2014 kapasitas tampungan waduk tinggal 7,299 juta meter kubik.
Fadeli menambahkan, waduk itu menjadi salah satu andalan irigasi di Lamongan karena mengairi 4.513 hektar sawah di 33 desa yang tersebar di Kecamatan Kedungpring, Sugio, dan Modo. Waduk itu didukung saluran primer sepanjang 5.176 meter dan saluran sekunder 21.594 meter.
Pada 2017, anggaran normalisasi jaringan irigasi yang disiapkan mencapai Rp 22 miliar. Pada 2019 direncanakan anggaran Rp 112 miliar untuk studi penanganan sedimentasi waduk, yang akan dilanjutkan pengerukan sedimen dan konservasi daerah aliran sungai.
”Kami juga ingin berkunjung ke Belanda untuk belajar pengelolaan sumber daya air,” kata Fadeli.