KARANGASEM, KOMPAS - Erupsi Gunung Agung berlangsung setiap hari mulai Senin hingga Jumat (2-6/7/2018). Ketinggian kolom abu tercatat 500 meter hingga 2.800 meter dari puncak kawah. Kemarin, hingga pukul 20.45 Wita, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, mencatat dua kali letusan, yaitu pada pukul 12.59 Wita dan pukul 19.21 Wita.
Warga yang tinggal dalam radius terdekat dengan radius bahaya 4 kilometer memilih tinggal dan bertahan di pos pengungsian, terutama pada malam hari, meski ada permintaan dari pemerintah untuk tak perlu mengungsi. Hingga kemarin malam, jumlah pengungsi mencapai 4.894 orang yang berasal dari 20 desa dan tersebar di 54 pos pengungsi. Sebelumnya, pengungsi berjumlah 4.855 orang.
Komang Mudana, warga Kesimpar (5 kilometer dari kawah), memilih bertahan di pengungsian meski ada imbauan dari pemerintah untuk kembali pulang. ”Siang ini erupsi dan hujan pasir di rumah. Saya dan keluarga memilih kembali mengungsi saja,” katanya.
Ia mengungsi bersama keluarga dan para tetangga di Rendang, Karangasem. Mereka belum terbiasa dengan visual gunung ketika erupsi terjadi dekat dari rumah. Selain itu, pijar memerah, kolom abu yang membubung tinggi, suara gemuruh, dan hujan pasir membuat mereka terpaksa tidak menghiraukan imbauan pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan agar warga tidak perlu mengungsi.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Ketut Suarjaya, warga harus waspada dan terus menyiapkan masker, topi, dan baju lengan panjang. Jika rumah tinggal warga lingkar gunung yang terdekat radiusnya dengan puncak kawah atau radius bahaya 4 kilometer terkena hujan pasir, ia menyarankan warga untuk mengungsi saja sementara.
Jonan, ketika berkunjung di Pos Pemantauan Gunung Api Gunung Agung, Kecamatan Rendang, meminta pengungsi untuk kembali ke rumah saja dan tidak perlu tinggal di pengungsian. Ia mengatakan, erupsi Gunung Agung masih bisa terus berlangsung. (AYS)