SURABAYA, KOMPAS - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memastikan Kota Surabaya sudah layak jadi tempat investasi internasional. Indikatornya saat ini sudah banyak investor luar negeri yang menanamkan investasi di Kota Pahlawan ini.
Investor terbaru adalah salah satu perusahaan terkemuka di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Budget Petroleum melalui PT Arvada Investasi menanamkan investasinya di Kota Surabaya senilai Rp 2,1 triliun.
Dana investasi itu digunakan untuk membeli tiga tower apartemen yang dibangun oleh PT Pembangunan Perumahan (PP) Properti Tbk.
Tiga menara apartemen itu tersebar di Surabaya barat, yakni Grand Sungkono Lagoon, Surabaya pusat di Grand Shamaya dan di Surabaya timur adalah Grand Dharmahusada Lagoon. Setiap menara apartemen rata-rata terdiri dari 400 unit kamar. Harga dipatok paling murah Rp 500 juta per unit.
Kehadiran investor asing (Dubai) ke Surabaya bukti bahwa kota ini aman dan nyaman untuk investasi. “Peluang investasi internasional ini sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan daerah sekaligus membuka peluang bagi warga Kota Surabaya dalam kesempatan bekerja,” ujar Risma saat menerima pengusaha asal Dubai, Zahid Basir di kediaman wali kota, Jalan Sedap Malam, (6/7/2018) malam.
Menurut Risma, selama ini investasi hanya dilakukan oleh investor lokal maupun nasional. Dengan kehadiran investor asing ini diharapkan semakin menarik perhatian investor asing lain untuk menanamkan dananya di Kota Pahlawan.
Wali Kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga menjelaskan, bisnis properti di Kota Surabaya lebih menarik dibanding kota-kota lainnya di Indonesia.
Hal ini ditandai dengan kenaikan harga properti yang semakin tinggi dibanding dengan Jakarta. Tentu kenaikan harga properti di Surabaya ini meningkat tajam setelah Pemkot Surabaya gencar membangun jalan-jalan baru, seperti jalur lingkar luar barat (JLLB) dan jalur lingkar luar timur (JLLT).
“Selama saya menjabat, sudah membangun sepanjang 250 kilometer (km) jalan baru. Genangan air tiap tahu juga terus mengalami penurunan hingga sekarang tinggal 3 persen dari total luas wilayah Surabaya,” ungkapnya.
Zahid Bashir selaku Managing Director menjelaskan alasan pihaknya menanam modal di Surabaya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya perasaan aman yang ada di Kota Surabaya.
Cepat bangkit
Meskipun, Mei 2018 Surabaya sempat mengalami tragedi bom, namun berkat usaha dan gerakan wali kota situasi begitu cepat bangkit kota ini kembali kondusif.
“Saya yakin dengan sensor security Surabaya, karena sudah dibuktikan oleh Ibu Risma melalui perilaku dan perkataannya untuk warganya,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT PP Properti Tbk (PPRO), Taufik Hidayat menambahkan, pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur yang terus memadai.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan pembangunan Kota Surabaya menjadi jalur perdagangan dan daerah transit atau tempat pertemuan para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Surabaya.
Melihat kondisi pasar saat ini, tentunya bisa menjadi bukti bahwa pasar Properti di Surabaya tetap menarik bagi investor.
“Pembelian 3 menara senilai Rp 2,1 Triliun sebagai bukti kepercayaan pasar terhadap produk-produk PPRO yang inovatif, sekaligus membuka peluang kerja untuk warga Surabaya sendiri,” imbuhnya.