Kotak Kosong Menang
Warga Kota Makassar ternyata lebih memilih kotak kosong daripada calon yang disodorkan partai politik. Hasil rekapitulasi KPU setempat, kotak kosong unggul di 13 dari 15 kecamatan.
MAKASSAR, KOMPAS Rekapitulasi perolehan suara Pilkada Kota Makassar mengunggulkan kotak kosong yang menang di 13 dari 15 kecamatan di wilayah itu dengan 300.795 suara dan pasangan calon Munafri-Rachmatika meraih 264.245 suara. Rekapitulasi ini diwarnai aksi saksi pasangan calon yang meninggalkan ruangan rapat.
Hasil itu tak jauh berbeda dengan berbagai hasil hitung cepat serta penghitungan riil yang dilakukan berbagai lembaga survei dan pemantau. Seusai pencoblosan, sejumlah lembaga melansir hasil hitung cepat yang menempatkan kotak kosong unggul 52 persen dan pasangan calon 47 persen.
Namun, kubu Munafri-Rachmatika juga melansir angka perolehan mereka berdasarkan hasil penghitungan internal dari para saksi di 2.670 tempat pemungutan suara (TPS). Hasilnya berbeda, yakni pasangan calon meraih 52 persen dan kotak kosong 47 persen.
Proses pleno rekapitulasi perolehan suara hasil pemilihan wali kota Makassar yang digelar sejak Jumat siang diwarnai suasana panas. Tata tertib sidang serta adu debat terkait penggunaan PKPU dan peraturan Bawaslu membuat saksi pasangan calon yang juga legislator Partai Golkar, yakni Rahman Pina, berdebat panjang dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Saksi pasangan calon menolak kehadiran Panwascam di ruang pleno. Sementara Bawaslu berkeras bahwa kehadiran mereka sama pentingnya dengan PPK. Dua kali rapat terpaksa ditunda hingga akhirnya KPU Makassar memutuskan yang hadir dalam ruangan hanya komisioner KPU dan anggota PPK yang kecamatannya sedang dihitung.
Di ujung rapat pleno, saksi calon, yakni Habibi dan Irfan Idham, meninggalkan ruangan karena permintaan ditolak menunda rekap Kecamatan Biringkanaya karena menduga ada yang tidak beres. Tawaran komisioner KPU, Abdullah Manayur, untuk membuka C-1 pleno dan mencocokkan dengan data Bawaslu dan saksi juga ditolak.
”Kami memilih meninggalkan sidang karena protes kami tidak ditanggapi dan KPU membuat keputusan sepihak. Kami tak bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat malam ini,” kata Habibi.
Sepanjang Jumat, situasi di luar hotel tempat rekapitulasi berlangsung juga tidak kalah panas. Massa pendukung pasangan calon yang sudah berada di luar hotel sejak sehari sebelumnya terus melakukan aksi unjuk rasa. Massa memasang truk tronton yang dilengkapi perangkat pengeras suara.
Situasi memanas pada malam hari saat di ruangan rekapitulasi sudah 10 kecamatan direkap. Massa yang mengklaim pasangan calon menang terus berorasi dan membakar petasan. Mereka menuding Bawaslu curang dan KPU Makassar berpihak dalam pelaksanaan tahapan pilkada.
Polisi berusaha membubarkan aksi massa dan mengamankan beberapa orang yang diduga sebagai koordinator aksi massa. Walau dibubarkan, massa tetap berkerumun serta berusaha menerobos barikade kawat berduri dan kendaraan taktis yang dipasang polisi.
Fasilitas dirusak
Di Nusa Tenggara Timur, mobil Toyota Avanza milik Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Rote Ndao dibakar orang tak dikenal sehingga rusak parah. Rumah kediaman Ketua Panwaslu Sumba Barat Daya dilempari batu dan sebuah mobil ikut dilempari hingga rusak parah. Di Alor, polisi terpaksa membubarkan massa dengan menyemprotkan gas air mata. Kejadian ini seusai rekapitulasi surat suara para pasangan calon bupati.
Koordinator Divisi Pencegahan dan Hubungan Antarlembaga Bawaslu NTT Jemris Fointuna, di Kupang, Jumat (6/7), mengatakan, seusai rapat pleno rekapitulasi surat suara pemilihan bupati-wakil bupati di Rote Ndao, Jumat pukul 02.30 Wita, mobil Toyota Avanza milik Ketua Panwaslu Rote Ndao Tarsis Toumeluk dibakar orang tak dikenal. Mobil naas itu rusak parah, diparkir di samping rumah kediaman Tarsis di Desa Hoilodo, Kecamatan Rote Tengah.
”Selain mobil Avanza, sebuah mobil Toyota pikap juga ikut dibakar, tetapi mobil ini tak mengalami kerusakan parah. Mobil pikap ini masih bisa diservis. Pelaku pembakaran sedang diburu polisi,” kata Jemris.
Di Sumba Barat Daya, sebuah mobil Suzuki Ertiga milik Ketua Panwaslu setempat, Dikson Dali, dilempari orang tak dikenal. Kaca depan dan belakang mobil rusak berat. Pelaku juga melempari rumah Dikson.
Kepala Bidang Humas Polda NTT Ajun Komisaris Besar Jules Abraham Abast menyebutkan, setiap pasangan calon tak serius menerapkan kesepakatan damai. ”Saat terjadi perusakan atau kekacauan, paslon tidak berupaya menenangkan massa pendukung. Harus konsisten dengan kesepakatan, maka seharusnya dicegah,” kata Abast. (REN/KOR)