MANADO, KOMPAS - Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-25 dipusatkan di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (7/7/2018). Publik dingatkan, keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama untuk membentuk kepribadian anak. Persemaian nilai agama, kemanusian, kebangsaan, keadilan sosial, dan nilai moral akan berproses yang ditentukan keluarga.
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan hal itu dalam peringatan yang diikuti lebih 2.000 peserta dari seluruh Indonesia. Kegiatan itu juga dihadiri belasan gubernur, antara lain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Pejabat Gubernur Sulawesi Selatan Sonny Soemarsono, dan Pejabat Gubernur Sumatera Utara Eko Subowo.
Peringatan Harganas juga diwarnai nikah massal sebanyak 57 pasangan yang disaksikan Puan Maharani dan Gubernur Sulut Olly Dondokambey, dilanjutkan makan bersama tinutuan atau bubur Manado 2.000 peserta.
Puan menambahkan, pemerintah berupaya agar kehidupan keluarga di Indonesia menjadi basis dari pembangunan karakter bangsa dalam bingkai revolusi mental. Keluarga sehat dan sejahtera berkontribusi pada kemajuan bangsa.
Saat era modern, ujar Puan, pemerintah terus berkampanye agar keluarga dapat berkumpul minimal 20 menit setiap hari sekaligus berinteraksi antara anak dan orangtua. Waktu berkumpul keluarga harus berkualitas sehingga kehidupan keluarga pun terpelihara dengan baik. “Di meja makan waktu yang tepat untuk interaksi anak dan orangtua,” katanya.
Sebelumnya, BKKBN menyerahkan 120 penghargaan kepada sejumlah kabupaten dan kota yang dinilai berhasil dalam pembangunan keluarga. Penghargaan itu diberikan kepada 74 gubernur, wali kota, dan bupati yang meliputi Satyalencana Pembangunan, Manggala Kencana, dan Satyalencana Wirakarya kepada beberapa instansi.
Plt Kepala BKKBN Sigit Priohutomo mengatakan, banyaknya penghargaan kepada kepala daerah menunjukkan semakin tinggi perhatian pemerintah daerah atas pembangunan manusia terutama keluarga.
Olly Dondokambey mengatakan, peringatan Harganas menjadi momentum bagi daerahnya berkampanye meniadakan kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Dikatakan, angka KDRT di Sulut cukup tinggi dampak dari konsumsi minuman keras.
Catatan kepolisian menunjukkan setiap minggu, terdapat 5-8 laporan pengaduan masyarakat kasus KDRT. “Korbannya adalah anak-anak dan istri, sedang pelakunya adalah para suami,” katanya.
Harganas pertama kali dilaksanakan pada 29 Juni 1973 yang mencanangkan program Keluarga Berencana. Program itu dinilai sukses menekan dan mengendalikan angka kelahiran, sehingga mendapat penghargaan UN Popoulation Award dari PBB.
Sejarah Harganas terkait kenaikan jumlah penduduk Indonesia sejak era kemerdekaan yang tingkat fertilitasnya mencapai angka 5. Artinya, setiap ibu melahirkan lima anak dengan maksud mengganti anggota keluarga yang gugur saat perang. Angka lima anak tersebut berdampak pada kematian ibu dan anak cukup tinggi serta ancaman infeksi serta gizi buruk.