BANJARNEGARA, KOMPAS Sebanyak 35 hektar tanaman kentang di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, dan di Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, rusak akibat terdampak embun es atau yang dikenal juga dengan embun upas, Jumat (6/7/2018). Kendati kini tanaman rusak dan produktivitas akan menurun hingga 50 persen, warga yakin pada musim tanam berikutnya produktivitas bakal berlipat ganda karena seluruh hama dan bakteri mati terdampak embun upas.
”Umur tanaman kentang sudah sekitar dua bulan dengan luas tanam 1.500 meter persegi dan yang rusak karena embun upas sekitar 40 persen,” kata Umar (35), petani kentang Desa Dieng Kulon, Minggu (8/7).
Di kebun milik Umar, misalnya, pada ujung daun tanaman kentang tampak kering dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Namun, batang tanaman kentang masih hijau segar. ”Kalau tidak ada embun upas lagi, kemungkinan (tanaman kentang) masih bisa bertahan,” katanya.
Berdasarkan pemantauan Kompas, suhu di Dieng pada hari Minggu pukul 03.58 mencapai 8 derajat celsius dan cenderung menghangat pada pukul 05.36 menjadi 9 derajat celsius. Buliran embun pun tidak membeku menjadi es seperti yang terjadi pada Jumat lalu.
Saat normal atau sebelum terserang embun es, lanjut Umar, dia bisa memanen kentang 2,5 ton sampai 3 ton. Namun, akibat embun upas, diperkirakan hasilnya hanya 1,5 ton. ”Dengan harga kentang
Rp 10.000 per kilogram, normalnya saya bisa dapat Rp 30 juta saat panen. Namun, karena sebagian tanaman rusak, kemungkinan hasil panen dapat Rp 15 juta,” kata Umar. Padahal, hingga kini, biaya perawatan dan modal yang dikeluarkan mencapai Rp 20 juta.
Saroji (53), petani kentang lainnya, yang memiliki lahan 100 meter persegi, mengalami nasib serupa. Jika tidak terkena embun, bisa dipanen 1 ton kentang dari lahannya. ”Jika ini masih bertahan, mungkin bisa dipanen 5 kuintal kentang,” ujarnya. Produktivitas kentang Dieng per hektar sedikitnya 10 ton. Perlu waktu 90-100 hari untuk bisa memanennya.
Meski jumlah panen berkurang dan merugi, berdasarkan pengalaman, para petani di Dieng meyakini panen berikutnya akan berlipat ganda karena bakteri, hama penyerang kentang, ikut mati akibat dinginnya embun es. ”Embun upas juga membunuh organisme tanaman pengganggu dan ulat kentang sehingga tanah makin subur dan hasil panen pada masa tanam berikutnya bisa berlipat dua kali lipat,” ujar Saroji.
Menurut Umar, setelah terkena embun upas dan tanaman kentang diganti dengan yang baru, biasanya dia dapat memanen kentang hingga 2 ton. ”Ini proses sterilisasi alam karena hama seperti lalat dan jamur ikut mati. Yang penting sabar saja,” kata Umar.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara Setya Adi mengaku belum bisa memprediksi berapa jumlah kerugian akibat embun es itu. Sebab, perlu dilihat efeknya terhadap luasan lahan yang rusak. Terkait embun upas yang mematikan hama, dia tidak bisa memastikan. ”Hal itu perlu penelitian lebih intensif,” ujar Adi.(DKA)