Meski erupsi Gunung Agung terjadi setiap hari dan Bandara Ngurah Rai sempat ditutup, pariwisata Bali aman. Tingkat hunian hotel 70-90 persen. Mitigasi warga lingkar gunung tetap berjalan.
KARANGASEM, KOMPAS - Meski erupsi Gunung Agung terjadi setiap hari, pariwisata Bali masih aman. Arah angin dominan ke barat sehingga kolom abu vulkanik akibat erupsi setinggi 500-1.500 meter tidak mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung (70 kilometer dari kawah).
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Provinsi Bali I Gusti Agung Partha Adnyana mengatakan, pariwisata tidak terdampak erupsi Gunung Agung. Okupansi hotel sepekan ini rata-rata 70 persen. Bahkan, di beberapa hotel berbintang, okupansi mencapai 90 persen.
”Meski Ngurah Rai sempat ditutup beberapa jam, wisatawan masih berdatangan dan tidak panik. Media berperan memberikan informasi dan pihak GIPI mengapresiasi itu,” katanya.
Pada Minggu (8/7/2018), Gunung Agung meletus tiga kali selama 00.00-19.00 Wita. Letusan melontarkan lava pijar dan membubungkan abu vulkanik setinggi 500-1.500 meter.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Yolak Dalimunthe, kemarin, mengatakan, pihaknya tetap mendampingi penanggulangan bencana erupsi Gunung Agung. Selama sepekan, pihaknya mengevaluasi dan merekomendasikan agar Pemerintah Kabupaten Karangasem terus menjemput bola, memitigasi warga hingga menyiapkan hunian sementara untuk pengungsi. ”Kini erupsi belum melebihi erupsi November tahun lalu yang kolom abunya 4.000 meter. Sekarang waktu yang tepat untuk memperkuat mitigasi warga,” katanya.
Warga mengungsi
Meski status Siaga dan radius bahaya yang ditetapkan pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi juga sama, 4 kilometer dari kawah, warga ada yang mengungsi. Mereka khawatir melihat kolom abu vulkanik yang terlontar dan lelehan lava pijar Gunung Agung serta getaran gempa yang terasa setiap hari.
Yolak berharap mitigasi terus berjalan dan pemkab memperkuat pemahaman masyarakat betapa berartinya menjadi warga yang siaga dan tangguh bencana.
Hingga kemarin malam, pengungsi yang masih bertahan sebanyak 4.415 orang tersebar di 54 titip pos pengungsian.
”Memang berat bagi warga untuk melihat serta menjadi terbiasa dengan erupsi setiap hari dari gunung yang 54 tahun diam. Karena itu, warga lingkar gunung harus dimitigasi secara rutin. Pemerintah setempat juga harus segera mewujudkan hunian sementara untuk para pengungsi yang tinggal di dekat lingkar bahaya,” ujar Yolak.
Pada Sabtu (7/6), Menteri Sosial Idrus Marham mengunjungi pos pengungsian Gunung Agung. Ia mengapresiasi gotong royong yang terbina di masyarakat Bali. Gotong royong ini menjadikan pengungsi mendapat tempat di banjar-banjar secara mandiri sebelum pemerintah setempat turun tangan mengoordinasi.