PONTIANAK, KOMPAS — Titik panas di Kalimantan Barat mulai muncul Selasa (10/7/2018). Berdasarkan pemantauan melalui citra satelit pada Senin (9/7/2018) pukul 07.00 hingga Selasa pukul 07.00, terdeteksi sebanyak 14 titik panas.
Titik panas itu tersebar di beberapa kabupaten, yaitu Sanggau (4), Sintang (6), dan Kapuas Hulu (3). Selain itu, titik panas juga mulai terpantau di Kabupaten Bengkayang (1). Sebagian besar wilayah Kalbar terpantau sangat mudah terjadi kebakaran.
Bau asap mulai muncul malam hari, seperti terjadi Senin, 9 Juli, malam. Bau menyengat mulai terasa. Kabut tipis juga muncul di sebagian besar wilayah Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.
”Kami sudah mulai berpatroli dengan helikopter untuk memantau kondisi titik panas. Ada empat helikopter yang sudah ada di Kalbar. Tiga heli khusus untuk pemadaman dari udara jika memang diperlukan pemadaman dan satu heli untuk keperluan berpatroli,” tutur Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar TTA Nyarong, Selasa di Pontianak.
BPBD Kalbar juga sudah mengusulkan agar ada tambahan helikopter. Pada Juli, akan datang lagi bantuan helikopter dari pusat sebanyak dua heli untuk keperluan patroli dan pemadaman api dari udara. Heli itu diperlukan untuk langkah pencegahan.
Langkah pencegahan perlu diutamakan. Sebab, jika api telanjur membesar, hal itu akan sulit dikendalikan. Kebakaran di Kalbar banyak terjadi di lahan gambut yang dalam sehingga memadamkannya tidak mudah.
Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik mengatakan, Manggala Agni juga sudah mengantisipasi kebakaran lahan sejak jauh hari. Selain patroli, juga dilakukan uji coba sistem pengaturan tata air gambut. Sistem tersebut dapat mempertahankan ketinggian muka air gambut sehingga tidak mudah terbakar.
Manggala Agni tidak hanya siap untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan, tetapi juga terus belajar mengenai teknik pencegahannya untuk diterapkan dengan konsep Area Pendidikan Lingkungan Terpadu. Semuanya nanti dapat belajar bersama di area itu tentang bagaimana mengatur tata air di daerah gambut.
”Tinggi muka air gambut diatur dengan tetap bernilai ekonomis. Selain itu, pembuatan demplot uji coba sebagai aplikasi pengolahan lahan gambut tanpa bakar dengan alternatif pembuatan cuka kayu,” papar Sahat.