Penghargaan Menjadi Parameter Kinerja
S
urabaya terus berbenah dan menyejajarkan diri dengan kota-kota besar di dunia. Salah satu parameter kinerja adalah penghargaan internasional.
SURABAYA, KOMPAS Seusai mendapatkan penghargaan Lee Kuan Yew World City Prize 2018, Pemerintah Kota Surabaya akan mengikuti ajang penghargaan internasional lain, The Guangzhou International Award for Urban Innovation. Penghargaan internasional menjadi salah satu parameter kinerja pemerintahan.
”Setelah Lee Kuan Yew Award, kami akan mengirimkan berkas pendaftaran ke ajang The Guangzhou International Award for Urban Innovation,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini seusai arak-arakan penghargaan Lee Kuan Yew World City Prize 2018, Selasa (10/7/2018), di Surabaya.
The Guangzhou International Award for Urban Innovation adalah penghargaan dua tahunan kepada kota yang dinilai berhasil meningkatkan kualitas hidup warganya. Penghargaan ini diselenggarakan United Cities and Local Governments, Asosiasi Wali Kota Metropolitan Dunia, serta kota Guangzhou, China.
”Saya ingin memaparkan bagaimana Kota Surabaya bisa memberikan kesejahteraan kepada tiga juta warga, termasuk warga kampung yang jadi keunikan Surabaya,” ucap Risma.
Keikutsertaan dalam ajang penghargaan tidak untuk mendapatkan pengakuan atau pujian, tetapi sebagai salah satu parameter dalam mengukur kinerja pemerintahan. Dalam sebuah ajang penghargaan, ada persyaratan yang harus dipenuhi. Biasanya syarat itu adalah capaian dan kinerja dalam menyejahterakan warga.
Bukan tujuan utama
Menurut Risma, penghargaan bukan tujuan utama dalam memimpin Surabaya. Yang lebih penting adalah membuat masyarakat Surabaya sejahtera.
”Kesejahteraan harus ada parameter terukur. Salah satu indikator pencapaian yang bisa digunakan ialah penghargaan. Ajang ini juga bisa mengukur posisi Surabaya di antara kota-kota besar dunia,” ujarnya.
Senin (9/7), Surabaya mendapat penghargaan Lee Kuan Yew World City Prize 2018 kategori Special Mentions di Singapura. Penghargaan itu diterima Risma dalam pertemuan World Cities Summit 2018.
Selain Surabaya, predikat Special Mentions juga diterima tiga kota besar lain, yaitu Hamburg (Jerman), Kazan (Rusia), dan Tokyo (Jepang). Penghargaan utama Lee Kuan Yew diraih Seoul (Korea Selatan).
Data Humas Pemkot Surabaya, selama dua tahun terakhir Surabaya memperoleh 10 penghargaan internasional. Di antaranya Sustainable City and Human Settlements Award kategori Global Green City dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (2017), UNESCO Learning City Award (2017), ASEAN Clean Tourist City Standard dari ASEAN Tourism Forum (2018), dan Inspirational Leader dari OpenGov Asia Recognition of Excellence (2018).
Meski mendapatkan sejumlah penghargaan, perjuangan ”Kota Pahlawan” dalam membangun kota masih belum selesai. Risma berharap, Surabaya terus melakukan perbaikan, seperti yang dilakukan kota Medellin, Kolombia, yang beberapa tahun lalu meraih penghargaan utama Lee Kuan Yew setelah memperoleh Special Mentions.
Pakar tata kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Johan Silas, menilai, Surabaya harus terus berbenah. Sebab, perkembangan kota-kota besar kini semakin cepat. Begitu pula masalah perkotaan, seperti pendidikan, ekonomi, dan pelayanan masyarakat. (SYA)