Para Pecinta Alam Bersihkan dan Daur Ulang Sampah Gunung Rinjani
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Komunitas pencinta alam di Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat membuktikan diri tidak sekadar bisa bersenang-senang dan menikmati keindahan alam semata. Mereka juga bekerja nyata dengan rutin menggelar aksi bersih gunung agar keasrian lingkungan tetap terjaga.
“Kebanyakan pengunjung enggan membawa turun sampah setelah mendaki. Tidak sedikit yang menantang kami dengan sengaja membakar sedikit sampah di lokasi kegiatan. Tetapi ketika saya bantu membersihkan sampah itu, mereka malah diam dan hilang entah ke mana,” kata Ming Mirzoan Ihamdi, dari Satuan Tugas Rinjani Bersih, Kamis (12/7/2018) di Desa Sembalun Bumbung, Lombok Timur.
Satgas yang dibina Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut memiliki tugas melakukan pembersihan atau clean up kawasan Gunung Rinjani. Salah satunya dilakukan Minggu hingga Selasa (8-11/7/2018). Sebanyak 10 anggota Satgas naik ke kawasan itu secara bertahap menyasar titik-titik sumber sampah yang ditinggal para pengunjung seperti Pos I Pelawangan Sembalun, Pos II Tengengean, Pos III Padabalong, Pos Bukit Penyesalan, dan di seputar Danau Segara Anak yang merupakan kaldera Gunung Rinjani tua.
Ihamdi menuturkan, para anggota tim menyaksikan pos-pos peristirahatan pendaki di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani seluas 413,3 kilometer persegi bagaikan lautan sampah. Sampah tersebut ditingggal para pendaki setelah mendaki Gunung Rinjani setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kondisi itu sangat mengganggu kenyamanan karena sampah-sampah lambat laun membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap. Menurut Ihamdi, tim mampu mengumpulkan 24 kilogram (kg) sampah berupa botol plastik air, kaleng, botol kaca bekas minuman air mineral, stereoform, hingga plastik bekas wadah makanan serta bumbu cepat saji.
Sampah-sampah itu dikumpulkan kemudian dipilah yang organik dan anorganik. Selanjutnya, sampah organik dikubur di tanah sedangkan sampah anorganik dibawa turun untuk kemudian dijadikan bahan ecobrick. Caranya, sampah-sampah plastik dimasukkan ke dalam botol bekas hingga padat dan botol menjadi keras. Ecobrick ini bisa berfungsi sebagai batu bata untuk pembangunan rumah.
Rizal, dari Komunitas Peduli Rinjani Sembapala Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur, menuturkan, dia dan delapan anggota komunitasnya juga menggelar bersih Gunung Rinjani pada 6-8 Juli. Mereka menyasar pos-pos istirahat pendaki di TNGR.
“Kami mengumpulkan sampah biasanya sore hari sesampai lokasi tujuan. Istirahat semalam, besoknya pukul 08.00-12.00 kumpulkan sampah lagi, lalu membuat ecobrick di lokasi,” ujar Rizal.
Saat itu mereka mengumpulkan 40 kg sampah, di antaranya 25 kg kaleng bekas wadah minuman dan gas, botol plastik, sampah bekas bungkus makanan. Setelah dikemas dalam bentuk ecobrick, berat sampah menjadi sekitar 15 kg.
Menurut Rizal, aksi rutin bersih Gunung Rinjani sebulan sekali itu inisiatif generasi muda yang bermukim di kaki Gunung Rinjani. "Kami ingin memberikan kenyamanan bagi wisatawan domestik dan mancanegara yang semakin banyak mendaki Rinjani," tutur Rizal.
Adapun teknik pembuatan ecobrick didapat dari para aktivis lingkungan di Mataram, NTB. Ecobrick itu dijadikan bahan penguat terasering di tanah miring, tangga, hingga pengeras jalan dan taman kampung di Dusun Mapakin, Desa Sembalun Lawang.
Kepala Balai TNGR, Sudiyono mengatakan, selain saat ditutup akibat cuaca buruk pada Februari dan Maret 2018, kunjungan dari delapan pintu masuk pendakian sebanyak 12.963 wisatawan mancanegara dan 20.252 wisatawan nusantara. Sebagian besar mendaki dari jalur pendakian Sembalun dan turun dari jalur Senaru di Lombok Utara.