Peternak Ayam Petelur Keluhkan Harga Pakan Terus Naik
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·2 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Harga telur ayam bukan ras di Gresik dan Lamongan, Jawa Timur, mencapai Rp 26.000 hingga Rp 28.000 per kilogram. Seorang pengusaha warung makanan di Gresik, Aminah (51), menyebutkan, dua hari lalu dia membeli telur ayam dalam kemasan petian dengan harga Rp 26.000 per kg.
Menurut Aminah, jika dalam kemasan petian harganya mencapai Rp 26.000 per kg, itu artinya harga eceran per kilogram bisa mencapai Rp 28.000 per kg. ”Kami tidak tahu kenapa harganya melonjak. Harga terus naik sejak tiga pekan terakhir,” katanya, Kamis (12/7/2018).
Namun, lonjakan harga telur tersebut ternyata tidak dinikmati peternak ayam petelur. Saat ini harga di tingkat peternak mencapai Rp 24.000 per kg. Dihubungi secara terpisah, Suparto, Ketua Kelompok Peternak ”Gunungrejo Makmur”, di Kedungpring, Lamongan, menyebutkan harga pakan dan obat pabrikan sebulan terakhir sudah naik tiga kali.
Ia menduga, komponen pembelian bahan baku pakan dan obat-obatan impor terpengaruh nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Di sisi lain, harga jagung di tingkat petani juga tinggi, pada kisaran Rp 3.800 per kg. ”Akibatnya, harga pakan juga melonjak, keuntungan peternak makin menipis,” ujar Suparto.
Menurut dia, produksi telur juga turun drastis, 20-30 persen. Ayam petelur juga banyak yang sakit sehingga produksi telurnya tidak maksimal. ”Jadi, keuntungan peternak tidak banyak, hanya sekitar Rp 1.000 per kilogram,” kata Suparto.
Suparto menyebutkan, saat harga di pasaran Rp 19.000 per kg, harga telur di peternak kisaran Rp 17.500 per kg, margin profitnya Rp 1.000-Rp 1.500 per kg. Namun, saat ini secara angka, selisih harga di peternak dan pedagang besar sekitar Rp 2.000 per kg.
”Keuntungan riil peternak tidak ada artinya karena komponen pakan juga tinggi. Untung riilnya malah bisa kurang dari seribu rupiah,” katanya.