Kereta ringan pertama di Indonesia dicoba Presiden, Jumat. Diharapkan hal itu menumbuhkan budaya baru, yakni menggunakan moda transportasi massal, budaya antre, dan tepat waktu.
PALEMBANG, KOMPAS Presiden Joko Widodo menguji kereta ringan (LRT) Palembang, kereta LRT pertama di Indonesia, Jumat (13/7/2018). Proyek bernilai Rp 10,9 triliun tersebut diharapkan membangun peradaban dan budaya baru di masyarakat. Setelah Palembang, LRT akan dibangun di beberapa kota lain, yakni Bandung, Medan, dan Surabaya.
Didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, Presiden naik LRT dari Stasiun Bumi Sriwijaya menuju Stasiun Jakabaring, Palembang, sejauh 8 kilometer selama 16 menit. Presiden melewati enam stasiun dari 13 stasiun yang dibangun karena masih ada titik yang belum tersertifikasi terutama di jalur lengkung.
Presiden mengatakan, tujuan jangka pendek proyek pembangunan LRT adalah menyediakan sarana transportasi massal untuk perhelatan olahraga terbesar di Asia, Asian Games, di Palembang dan Jakarta, dua kota yang menjadi tuan rumah.
Dalam jangka panjang, kereta ringan diharapkan mampu membangun peradaban dan budaya baru di masyarakat, yakni menggunakan transportasi massal yang aman dan nyaman, budaya tepat waktu, dan budaya antre. ”Setelah saya coba, LRT Palembang lebih nyaman dibanding kereta di luar negeri,” katanya.
Pembangunan proyek LRT Palembang dimulai 21 Oktober 2015 hingga 30 Juni 2018 dengan perpanjangan kontrak hingga 3 Desember 2018. Proyek dikerjakan PT Waskita Karya, sedangkan kereta disediakan PT INKA.
Material dalam negeri
Menurut Menhub, harga kereta ringan lebih murah karena desain dan materialnya merupakan karya anak bangsa.
Hampir 95 persen komponen konstruksi LRT menggunakan material dalam negeri. Sementara sarana kereta ringan 60 persen masih buatan luar negeri, yakni mesin menggunakan Bombardier buatan Jerman.
Dengan penggunaan material dari dalam negeri, LRT di Palembang lebih murah jika dibandingkan dengan proyek LRT di negara lain. ”Saya harap, di proyek selanjutnya material dalam negeri untuk pembuatan kereta naik hingga lebih 50 persen,” ujarnya.
Budi menambahkan, dalam pembangunan LRT, Indonesia dibantu Dana Moneter Internasional melalui Bank Dunia. ”Dengan dana yang lebih murah, Indonesia dapat membangun transportasi massal untuk dalam negeri. Kalau perlu, hasil karya tersebut bisa diekspor ke negara lain,” ujarnya.
Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro mengatakan, model LRT di Palembang bukan hanya yang pertama di Indonesia melainkan juga di dunia. Bentang rel dibuat lebih lebar dibandingkan dengan LRT lain. Dia menjamin, hal itu tidak berpengaruh pada performa.
Ke depan, pihaknya akan melibatkan akademisi untuk melakukan riset agar dapat membuat mesin di dalam negeri.
Harga satu rangkaian LRT Palembang Rp 48,5 miliar. Pada tahap awal, ada delapan rangkaian kereta yang digunakan, 6 akan dioperasikan, 1 rangkaian dicadangkan, dan 1 rangkaian akan dilakukan perawatan.
Panjang trase jalur konstruksi menghubungkan Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang hingga Stasiun Ogan Permata Indah (OPI) Jakabaring 23,4 kilometer. Ada 13 stasiun dengan satu depo.
Menurut Presiden, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait LRT, terutama di jalur lengkung. ”Saat berbelok, kereta harus mengurangi kecepatan,” ucapnya.
Dirut PT Waskita Karya I Gusti Ngurah Putra mengakui, ada sedikit kekurangan dalam pembangunan LRT, yakni jalur lengkung sempit karena pembangunan jalur menggunakan median jalan. Karena itu, saat membelok kecepatan LRT harus dikurangi.
Tarif LRT ditetapkan Rp 5.000 per orang dengan rute Stasiun OPI Jakabaring hingga Stasiun Asrama Haji. Jika sampai Bandara SMB II Palembang, tarifnya Rp 10.000 per orang. Kemenhub mengucurkan subsidi perintis sekitar Rp 100 miliar.
Menurut Presiden, proyek LRT Palembang bisa jadi contoh bagi sejumlah kota besar di Indonesia yang mulai padat penduduknya dan lalu lintasnya macet. ”LRT akan lebih efisien dibanding menggunakan kendaraan pribadi,” katanya. (RAM)