JAYAPURA, KOMPAS - Pemerintah Kabupaten Nduga meminta aparat keamanan menghentikan upaya pengejaran kelompok kriminal bersenjata di Alguru, Kabupaten Nduga, Papua. Penyebabnya, banyak warga mengungsi karena ketakutan jadi korban dalam kontak senjata.
Menurut Wakil Bupati Nduga Wentius Nimiangge, saat dihubungi dari Jayapura, Jumat (13/7/2018), Alguru terdiri atas empat kampung. Wilayah itu menjadi lokasi kontak senjata antara aparat kepolisian dan kelompok kriminal bersenjata.
”Saat ini sekitar 500 warga telah meninggalkan kampung karena ketakutan. Mereka melarikan diri ke sejumlah distrik di Nduga, seperti Paro dan Mbua serta ke daerah Asmat,” tutur Wentius.
Ia meminta pihak kepolisian kembali ke Kenyam, ibu kota Nduga, agar kontak senjata dapat dihentikan sementara.
”Kontak senjata di antara kedua pihak dapat menyebabkan jatuh korban jiwa di kalangan masyarakat sipil,” ujarnya.
Tokoh pemuda Nduga, Samuel Tabuni, mengatakan, warga mengungsi karena masih merasakan trauma mendalam akibat operasi militer di Mapenduma tahun 1996.
”Kami telah bertemu dengan pihak Polda Papua, Kamis lalu. Kapolda Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar berkomitmen menyelesaikan konflik dengan kelompok kriminal bersenjata lewat jalan damai,” kata Samuel.
Kontak senjata
Rabu (11/7), terjadi kontak senjata antara aparat kepolisian dan kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya di Alguru. Hal ini dipicu aksi penembakan helikopter milik Polri yang mengangkut bahan makanan oleh kelompok tersebut.
Sebanyak 100 personel dari Polda Papua dan beberapa polres diterjunkan untuk mengatasi kelompok kriminal bersenjata di Nduga.
Saat dihubungi, Kapolda Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar menyatakan, tidak ada lagi aksi pengejaran kelompok kriminal bersenjata di daerah Alguru.
”Saat ini semua anggota sudah berada di Kenyam. Aktivitas keamanan di Nduga berjalan kondusif. Kami siap berdialog dengan kelompok itu untuk mengatasi konflik ini,” ujar Boy. (FLO)