Silangit Topang Wisata Toba
Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, diproyeksikan mendukung pariwisata di Danau Toba. Penerbangan internasional dengan sejumlah negara tengah dijajaki.
TARUTUNG, kompas Bandar Udara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, terus dibenahi guna mengimbangi pertumbuhan penumpang lebih dari 50 persen per tahun. Spesifikasi bandara penopang wisata Danau Toba itu ditingkatkan agar dapat disinggahi pesawat berbadan lebar.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba Arie Prasetyo, Jumat (13/7/2018), mengatakan, pengembangan Bandara Silangit sangat strategis agar penerbangan internasional bisa dibuka secara reguler. ”Kami sedang menjajaki komunikasi dengan Singapura, Malaysia, Thailand, dan India untuk membuka penerbangan langsung ke Silangit,” katanya.
Arie mengatakan, penerbangan sewa Singapura-Silangit yang dibuka Oktober 2017 hingga Januari 2018 menunjukkan minat wisatawan mancanegara yang tinggi pada Danau Toba. Tingkat keterisian tempat duduk pada penerbangan yang ditawarkan tiga kali seminggu itu selalu di atas 50 persen. Untuk itu, spesifikasi Bandara Silangit pun terus ditingkatkan untuk mendukung penerbangan internasional secara reguler.
Manajer Layanan Operasi dan Pemeliharaan Bandara Silangit Ermansyah Saragih mengatakan, perpanjangan landasan pacu dari 2.400 meter menjadi 2.650 meter sudah rampung. Saat ini, mereka sedang mengerjakan pelebaran landasan pacu dari 30 meter menjadi 45 meter. Ketebalan landasan pacu juga ditambah.
Jika semua pengerjaan ini selesai, Bandara Silangit dapat disinggahi pesawat berbadan lebar seperti Boeing 737-800 berkapasitas maksimal 180 orang. Selama ini, pesawat berbadan lebar sudah mendarat di bandara itu, tetapi hanya bisa diisi sekitar 120 orang.
Ermansyah mengatakan, sistem navigasi Bandara Silangit juga akan ditingkatkan dengan membangun menara pemandu lalu lintas udara (ATC) dan melengkapi landasan pacu dengan instrument landing system (ILS) agar pesawat bisa mendarat secara otomatis. Saat ini, pendaratan mengandalkan pengamatan visual secara manual. ”Terminal kedatangan penerbangan domestik dan internasional juga akan dibangun,” katanya.
Ermansyah mengatakan, sejak penerbangan Jakarta-Silangit dibuka Maret 2016, jumlah penumpang tumbuh pesat. Jika sepanjang Maret-Desember 2016 jumlah penumpang 153.000 orang, pada 2017 meningkat menjadi 282.000 orang. Adapun semester pertama 2018, jumlah penumpang sudah mencapai 206.000. ”Kami prediksi sepanjang 2018, jumlahnya lebih dari 410.000 orang,” katanya.
Bandara Binaka di Gunungsitoli, Kepulauan Nias, juga terus dikembangkan. Saat ini sedang dijajaki rute penerbangan langsung Jakarta-Binaka. Kepala Bandara Binaka Darinto mengatakan, penerbangan langsung Jakarta-Nias sangat penting bagi pengembangan pariwisata Kepulauan Nias. Selama ini, wisatawan harus transit dulu di Bandara Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang, untuk mencapai Nias. ”Targetnya penerbangan perdana Jakarta-Nias dibuka Oktober,” katanya.
Jembatan tol
Megaproyek jembatan tol berbayar penghubung Penajam-Balikpapan di Provinsi Kalimantan Timur, diperkirakan mulai dibangun akhir 2018 dan rampung tahun 2022. Selain memudahkan akses antardaerah, jembatan tol dapat membagi kepadatan di wilayah Balikpapan dan memacu pariwisata Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kepala Bagian Pembangunan Kabupaten Penajam Paser Utara Nicko Herlambang mengatakan, tengah dilakukan penjajakan minat investor mengikuti lelang proyek. Lelang digelar Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan diharapkan tidak lebih dari tiga bulan. Bupati Penajam Paser Utara Yusran Aspar optimistis banyak investor meminati proyek karena memang menguntungkan.
Jembatan berkonsep jalur tol berbayar sepanjang 6,2 kilometer (km) itu diperkirakan menghabiskan biaya hingga Rp 7 triliun. Nicko mengungkapkan, kebutuhan warga akan jembatan tersebut tidak bisa lagi ditunda.
Syahrul Karim, pemerhati pariwisata yang juga dosen Politeknik Negeri Balikpapan, mengatakan, jembatan tersebut bakal mengurangi kepadatan penduduk dan keramaian Kota Balikpapan sekaligus menggerakkan perekonomian Penajam.
Balikpapan dan Penajam terpisah Teluk Balikpapan selebar 6-8 km. Jalan darat bukan opsi menarik karena itu berarti mengitari teluk sekitar 100 km. Pilihan lain dengan menumpang kapal kayu bermesin (kelotok) atau kapal feri dengan tarif sekitar Rp 300.000. (NSA/PRA)