UNGARAN, KOMPAS - Desa-desa wisata di Provinsi Jawa Tengah dituntut lebih kreatif dan inovatif dengan mengedepankan daya tarik budaya yang berkembang di setiap daerah. Strategi itu dibutuhkan untuk mengantisipasi kejenuhan wisatawan di tengah maraknya desa wisata yang menawarkan keindahan alam.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Urip Sihabudin di sela-sela pembukaan Festival Desa Wisata Jateng di Alun-alun Bung Karno, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jateng, Sabtu (14/7/2018), mengatakan, promosi budaya sangat penting karena setiap desa wisata memiliki potensi berbeda. ”Desa wisata alam banyak kesamaannya. Tetapi, lewat daya tarik budaya, setiap desa bisa terus berinovasi dan berkreasi,” katanya.
Festival Desa Wisata Jateng yang telah memasuki tahun keempat digelar hingga Minggu (15/7/2018) diikuti 35 kabupaten/kota se-Jateng. Selain mengenalkan potensi masing-masing, ajang tersebut juga menjadi wahana saling bertukar ide pengembangan desa wisata.
Saat ini terdapat 238 desa wisata di Jateng dan 147 di antaranya telah ditetapkan lewat surat keputusan bupati/wali kota. Namun, daerah-daerah yang mempromosikan diri sebagai desa wisata jauh lebih banyak. Pemprov Jateng tengah menyiapkan perda desa wisata, di antaranya mengatur agar desa-desa dengan tema seragam tak berdekatan.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Dewi Pramuningsih akan membatasi desa-desa wisata dengan tema serupa. Dari 35 desa wisata di Kabupaten Semarang, 80 persen di antaranya berbasis wisata alam.
Dia menekankan desa wisata tidak hanya mencari untung, tetapi juga melestarikan budaya dan kearifan lokal. ”Contohnya di Kalipucung, Desa Genting. Di sana, pengunjung bisa ikut berlatih menari jaranan,” kata Dewi.
Di Kabupaten Kudus, sejumlah daerah telah menawarkan paket wisata dengan tema berbeda. Selain alam, kuliner, dan kesenian, ditawarkan pula wisata religi karena terdapat makam Sunan Kudus dan Sunan Muria, bagian dari Wali Songo.
Ketua Asosiasi Desa Wisata Kudus (Dewiku) Anis Aminuddin mengatakan, di Kauman, pengunjung akan menyusuri kampung kuno Kauman, diakhiri ziarah di makam Sunan Kudus. ”Di Gunung Muria, wisatawan bisa menyusuri kebun kopi, melihat pengolahannya, lalu berziarah di makam Sunan Muria,” ujarnya. (DIT)