BANJARMASIN, KOMPAS — Pemerintah daerah mulai gencar mengampanyekan vaksinasi measles rubella menjelang pemberian vaksin tersebut di Kalimantan Selatan pada Agustus-September 2018. Sasaran vaksinasi ini adalah anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun dengan jumlah 1,12 juta anak.
Dari jumlah sasaran tersebut, menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Muhamad Muslim, cakupan vaksinasi measles rubella (MR) di Kalsel ditargetkan bisa mencapai minimal 95 persen. Dengan begitu, akan terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity) sehingga dapat memutus rantai penularan campak dan rubela.
”Untuk mencapai target itu, kami berupaya semaksimal mungkin. Sejak akhir tahun 2017, kami sudah melakukan koordinasi lintas sektor. Kami minta dukungan kader-kader PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk menyosialisasikan manfaat vaksinasi pada anak,” tutur Muslim di Banjarmasin, Rabu (18/7/2018).
Ia menjelaskan, vaksinasi MR diperlukan karena penyakit campak dan rubela tidak dapat diobati. Penyakit campak dengan gejala demam tinggi dan bercak kemerahan pada kulit akan sangat berbahaya serta dapat menyebabkan kematian apabila disertai dengan komplikasi infeksi paru-paru (pneumonia), diare, dan radang selaput otak (meningitis).
Penyakit rubela yang mirip dengan campak juga sangat berbahaya. Rubela pada wanita hamil dapat mengakibatkan keguguran, kematian janin, ataupun sindrom rubela kongenital pada bayi yang dilahirkan. Sindrom tersebut umumnya bermanifestasi sebagai penyakit jantung bawaan, katarak, bintik-bintik kemerahan, kepala kecil, dan tuli.
”Pengobatan yang diberikan kepada penderita campak dan rubela hanya bersifat suportif. Namun, kedua penyakit tersebut bisa dicegah dengan vaksinasi atau imunisasi,” ujar Muslim.
Di Kalsel pada 2013, dilaporkan ada satu kejadian luar biasa campak, selanjutnya 11 kejadian (2014), 2 kejadian (2015), dan 4 kejadian (2016). Untuk kasus rubela, dilaporkan ada 16 kasus terdeteksi pada 2013, kemudian 18 kasus (2014), 22 kasus (2015), 4 kasus (2016), serta 9 kasus (2017).
Di sisi lain, cakupan imunisasi campak di Kalsel masih belum mencapai 90 persen, yakni 85,1 persen (2017) dan 83,5 persen (2016). Bahkan, di beberapa kabupaten cakupannya cenderung menurun hingga di bawah 80 persen dalam dua tahun terakhir. Ini menjadikan Kalsel cukup berisiko.
”Kendalanya terutama di faktor geografis. Petugas kesehatan masih kesulitan menjangkau daerah-daerah terpencil dan sangat terpencil. Selain itu, juga ada sebagian masyarakat yang menolak imunisasi karena takut anaknya sakit atau meragukan kehalalan vaksin,” ungkap Muslim.
Ia memastikan, vaksin yang digunakan untuk imuninasi rutin dan imunisasi tambahan aman dan halal. ”Maka, kami mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama orangtua, agar tidak perlu takut membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi MR pada waktunya nanti,” ucapnya.
Pada Agustus, lanjut Muslim, vaksinasi MR akan lebih fokus diberikan kepada anak di sekolah-sekolah, mulai dari PAUD hingga SMA/SMK. Berikutnya, pada September akan lebih fokus diberikan di pusat pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, dan polindes.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Abdul Haris Makkie mengatakan, penyakit campak dan rubela harus dieliminasi agar tidak kontraproduktif dengan pembangunan manusia.
”Kami menargetkan masyarakat Kalsel bebas dari campak dan rubela pada 2020. Karena itu, kami sangat mendukung program vaksinasi MR,” katanya.