Tujuh Kecamatan di Ponorogo Mulai Kesulitan Air Bersih
Oleh
Runik Sri Astuti
·2 menit baca
PONOROGO, KOMPAS — Memasuki musim kemarau, sejumlah sumber air di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mulai mengering. Suplai air untuk pengolahan lahan pertanian dan air bersih masyarakat pun terkendala.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo mencatat, saat ini terdapat tujuh kecamatan yang mulai mengalami krisis air bersih, yakni Slahung, Sampung, Pulung, Mlarak, Jenangan, Balong, dan Badegan. Bahkan, Slahung, Sampung, dan Pulung sudah meminta pengiriman air bersih karena warga kesulitan mendapatkan sumber air.
”Pengiriman air bersih ke lokasi krisis berdasarkan permintaan warga. Namun, seiring berjalannya musim kemarau, permintaan pengiriman air bersih semakin banyak,” ujar Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Ponorogo Setyo Budiono, Rabu (18/7/2018).
Frekuensi pengiriman air bersih biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tingkat keparahan krisis air. Air bersih yang dikirim itu bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, yakni air minum dan memasak.
Kebutuhan air bersih yang bisa dipasok oleh BPBD pun masih terbatas sehingga warga harus memanfaatkan secara bijak dan berhemat. Adapun untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci pakaian, warga berupaya mengambil air dari sungai atau sumber-sumber air yang masih berair meski volumenya kecil.
”BPBD menyiapkan tiga truk tangki untuk pengiriman air bersih ke masyarakat. Masing-masing truk berkapasitas 6.000 liter,” kata Budi.
Lokasi daerah krisis air yang jaraknya jauh dari pusat pemerintahan, ditambah medan yang terjal, menyebabkan proses pengiriman terkendala. Perjalanan harus ditempuh selama berjam-jam sehingga tidak memungkinkan truk tangki melakukan pengiriman ulang pada hari yang sama.
Selain itu, terbatasnya jumlah armada menyebabkan pengiriman harus dilakukan bergiliran agar pembagian air bisa merata. Rata-rata satu lokasi hanya mendapat pengiriman air bersih maksimal dua kali dalam seminggu. Oleh karena itu, warga harus memiliki tempat air yang mampu menampung untuk kebutuhan minimal selama tiga hari.
BPBD Ponorogo telah mengupayakan membantu pengadaan tandon besar yang mampu memenuhi kebutuhan air untuk warga satu dusun. Namun, jumlahnya masih terbatas. Pengadaan tandon ini diprogramkan setiap tahun agar semakin banyak dusun yang tersentuh bantuan.