KUNINGAN, KOMPAS - Empat desa di Kecamatan Karangkancana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dilanda krisis air sejak sebulan terakhir. Warga terpaksa berjalan hingga dua kilometer untuk mendapatkan air bersih.
Keempat desa tersebut ialah Cihanjaro, Simapayjaya, Sukasari, dan Tanjungkerta. Pengamatan Kompas, Jumat (20/7/2018), jeriken dan baskom milik warga berjejer di depan rumah. Mereka menanti bantuan air bersih dari pemerintah setempat. Sumur warga yang dalamnya dua meter telah mengering. Begitupun dengan sungai di sekitarnya.
"Kami sudah sebulan kesulitan mendapatkan air. Jangankan air bersih, untuk mandi dan mencuci saja susah," ujar Denti (53), warga Simpayjaya. Untuk kebutuhan mandi dan mencuci, warga setempat harus berjalan hingga 600 meter ke sumur di sungai, melalui jalan terjal dan melintasi kebun. Adapun air bersih berada dua kilometer dari permukiman warga.
Warga harus memikul air tersebut. Bahkan, tidak sedikit ibu-ibu menjunjung ember berisi air dengan kepalanya. Setiap hari, saat pagi dan sore, warga mengambil air di sana. Meskipun airnya tidak layak minum karena berwarna kecoklatan, sejumlah warga tetap memasaknta untuk keperluan air minum.
"Mau bagaimana lagi? Tidak ada pilihan lain," ujar Kuwu (Kepala Desa) Simpayjaya Dodo Kusumah. Menurut dia, sebanyak 350 keluarga atau 1.500 jiwa di desanya terdampam krisis air bersih. Ia memprediksi, total warga yang terdampak di empat desa tersebut mencapai 4.000 orang.
Asep Bambang, Kuwu Cihanjaro, mengatakan, krisis air terjadi tidak hanya karena musim kemarau yang melanda Kuningan. Namun, juga kerusakan jaringan pipa dari Desa Jabranti.
"Selama ini, kami mendapat pasokan air dari sana secara gratis. Tapi sejak Jabranti dilanda longsor akhir Februari lalu," ujarnya. Pipa sepanjang 900 meter itu yang terhubung ke empat desa pun tak dapat mengalirkan air. Padahal, sumber mata air terdapat di Jabranti.