Pasokan Belum Pulih, Kaltim Perlu Miliki Pembibitan
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·3 menit baca
SANGATTA, KOMPAS — Sebagian peternak ayam kampung di Kalimantan Timur bisa mendapat pasokan bibit ayam atau DOC setelah sempat terhenti hampir lima bulan. Namun, sebagian peternak masih belum bisa mendapat. Kaltim yang bergantung pada pasokan DOC dari Jawa Barat harus segera mempunyai pembibitan ayam kampung.
Muhsin Pemma, peternak ayam kampung yang juga Sekretaris Kelompok Tani Menuai Bakti, Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Jumat (20/7/2018), mengatakan, day old chicken (DOC) atau bibit ayam kampung bisa didapat sejak Juni. Namun, Muhsin hanya bisa mendapat 1.000 bibit.
Padahal, kebutuhannya dalam satu bulan 30-60 boks, atau 3.000-6.000 bibit. Seperti diketahui, sejak Februari lalu, peternak ayam kampung di Kaltim dan juga di banyak provinsi tidak mendapat pasokan DOC dari beberapa usaha pembibitan ayam kampung di Jawa Barat.
Sementara, sebagian peternak belum bisa mendapat bibit. Darussalam, Ketua Kelompok Tani Makarti Jaya, Desa Makarti, Kabupaten Kutai Kartanegara, hanya bisa berharap segera mendapatkan bibit. Potensi omzet per bulan yang melayang diperkirakan hampir Rp 30 juta.
Secara terpisah, Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M Zulkarnain mengatakan, ada beberapa penyebab peternak ayam kampung di sejumlah daerah kesulitan mendapatkan DOC, termasuk Kaltim yang belum memiliki pembibit ayam kampung.
Menurut Ade, jumlah pembibit ayam kampung masih sangat terbatas, sedangkan tren usaha ayam kampung sebetulnya sedang naik, beberapa tahun terakhir. Selain itu, saat ini, pembibit di Pulau Jawa juga difokuskan menggarap program pemerintah, yakni 10 juta ayam kampung.
Kaltim memerlukan setidaknya 40.000 bibit ayam kampung per bulan. Ini lumayan banyak. ”Artinya, Kaltim harus segera memiliki usaha pembibitan ayam kampung. Ini tidak mudah karena memerlukan dukungan modal, jaringan distribusi, pasar, dan lain-lain,” ucap Ade.
Kondisi ini berkebalikan dengan pembibitan ayam ras potong (broiler), yang sudah lebih tertata dari hulu ke hilir, dan dipegang perusahaan besar. Harga juga menjadi satu pertimbangan. Harga ayam potong lebih mahal daripada ayam ras-yang peminatnya pun sangat banyak.
Muhsin menambahkan, meski sudah mendapat DOC yang baru sepertiga dari kebutuhannya, panen terdekat baru bisa dilakukan Agustus mendatang. ”Kami akan minta lebih banyak pasokan DOC pada bulan itu. Terlalu lama sentra ayam kampung ini enggak berproduksi,” ujarnya.
Imbas dari sulitnya mendapatkan bibit ayam kampung, harganya pun merangkak naik dalam beberapa bulan terakhir. Ade mengatakan, harga satu bibit saat ini Rp 6.500, belum termasuk ongkos kirim. ”Harga itu naik sekitar 8 persen dari sebelumnya,” ucap Ade.
Peternak yakin pasar terbuka karena permintaan terus bertambah. Kelompok Menuai Bakti menjual ayam-ayam produksinya ke Sangatta dan Samarinda, serta selalu habis. Kelompok Makarti Jaya pun kewalahan meski hanya memasok ke pasar dan warung makan di desa-desa sekitarnya.
Meski kebutuhan bibit belum dipasok seperti semula, tetap ada ayam kampung di pasar-pasar. Muhsin mengatakan, sebagian warga beternak ayam kampung secara mandiri, juga menjualnya. Namun, jumlahnya sedikit. Selain itu, ada juga pasokan ayam kampung dari Sulawesi.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.