TRENGGALEK, KOMPAS Memasuki hari kedua, Jumat (20/7/2018), pencarian nelayan hilang setelah perahunya pecah dihantam ombak di Pantai Selah, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, belum menunjukkan hasil. Di perairan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, dua nelayan juga masih dicari.
Koordinator Pos SAR Trenggalek Asnawi Suroso mengatakan korban bernama Ahmad Lutfianto (30) warga Desa Tawing, Kecamatan Munjungan, Trenggalek. Ia hilang Kamis lalu, saat mencari ikan menggunakan jukung atau perahu kayu kecil. “Ketika hendak menarik pelak (pencari udang), perahu korban dihantam ombak dan terbalik,” ujar Asnawi, Jumat (20/7/2018).
Warga hanya menemukan perahu dan dayung korban dengan kondisi pecah. Pencarian kembali dilakukan Jumat pagi.
Di Pandeglang, pencarian dua nelayan hilang akan dilanjutkan Sabtu pagi ini. Hingga Jumat sekitar pukul 17.30, para korban terbaliknya Kapal Motor Barokah itu belum ditemukan.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Badan SAR Nasional Banten Muhammad Zaenal Arifin mengatakan, pencarian pada hari kedua itu belum membuahkan hasil. “Tim gabungan SAR masih mencari para korban kapal yang tenggelam di Muara Binuangeun,” ujarnya.
Kapal Motor (KM) Barokah terbalik karena cuaca buruk, Kamis (19/7) sekitar pukul 07.30. Gelombang setinggi sekitar lima meter menghempas. Kapal ditumpangi enam nelayan, empat di antaranya bisa diselamatkan.
Para korban yang belum ditemukan, yakni Andi (30) dan Rudi (30). Semua nelayan yang menumpang kapal itu adalah warga Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. Desa Muara berada di perbatasan Kabupaten Lebak dengan Pandeglang, dekat Muara Binuangeun.
“Ombak di lokasi itu tinggi, mencapai tiga meter. Tim kedua mencari korban menyisir tepi pantai Muara Binuangeun,” kata Zaenal. Pencarian dilakukan ke arah timur.
Di Cilacap, Jawa Tengah, tim gabungan SAR juga belum menemukan Sugiono (30), nelayan tenggelam di Pantai Kemiren, Rabu lalu. Ombak tinggi dan angin kencang jadi kendala.
Korban "Joko Berek"
Di Jember, Jawa Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jember dan relawan kembali menemukan satu jenasah korban tenggelamnya kapal nelayan Joko Berek. Hingga kemarin sore, tujuh orang dinyatakan meninggal.
Korban tewas ditemukan pukul 07.10, Jumat lalu, dengan luka-luka terbentur tebing dan karang. “Identitas korban tewas terakhir ialah Budi (50), warga Desa Mojosari, Puger. Ditemukan di pinggir pantai, sekitar 1 km dari titik tenggelam,” ujar Kepala Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember, Heru Widagdo.
Diperkirakan masih ada enam korban yang hilang. Ia tidak dapat memastikan korban yang hilang, karena belum ada manifes pasti jumlah penumpang dalam kapal nahas itu.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Toni Agus Wijaya mengatakan, informasi cuaca rutin disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai medium. Namun, seringkali memaksakan melaut. “Seharusnya faktor cuaca harus jadi acuan nelayan. Risikonya terlalu besar,” katanya
Hingga kemarin, sejumlah perairan masih dilanda gelombang tinggi yang berbahaya bagi kapal kecil dan sedang. Di Yogyakarta, ombak tinggi melanda pesisir selatan DIY. Cuaca buruk di perairan, di antaranya terkait keberadaan siklon Ampil di Laut China Selatan, utara Filipina. (SYA/NIK/SEM/DKA/NCA)